Lagi-lagi ini tentang hujan. Air yang semula hanya berbunyi tes-tes, kemudian seperti diguyurkan para Dewa dari langit. Apa yang kalian rasakan kalau sedang hujan gini?
Kalau gue, jujur sebal. Soalnya, hari Minggu ini jadwal buat seneng-seneng, seru-seruan, ngumpul-ngumpul. Sama siapa? Ya siapa lagi kalau bukan geng CKTB. Mumpung mereka yang udah punya pacar bisa ikutan dateng.
“Duh, Dewa yang di langit, tolong simpen hujannya buat hari Senin aja. Biar kita tidak usah upacara bendera.” Gue tertawa ngakak ngelihat ekspresi Kiki yang berdoa kepada Dewa Hujan.
Ekspresinya itu loh. Pemain sinetron yang nanggung-nanggung itu kalah. Kiki emang jago kalo soal akting. Lihat aja, begitu doanya gue ketawain, dia langsung berubah ekspresi macam Pak Nanang, guru matematika kami yang nggak banget itu.
Eh tunggu. Ternyata hujan berhenti beneran loh. Gue nggak tahu, apakah karena doa Kiki atau Dewa Hujan emang udah kehabisan stok airmata. Tapi apapun itu, basah sisa hujan, membuat hati gue rindu pada seseorang. Ya, seseorang yang pernah menemani gue pas hujan-hujan begini. Oh…sedang apakah engkau yang di sana?(*)