Batik Geblek Renteng, Ideologi untuk Kuasai Pasar
Batik Geblek Renteng dimulai dari proses memberdayakan masyarakat. Awalnya Geblek Renteng dilombakan, berhasil membuat produksi dan dipasarkan. Berikutnya memasarkan secara terbatas melalui SKPD dan menjadi seragam bagi SKPD. Dilanjutkan sekolah menjadi fokus pemasaran sehingga seragam sekolah menggunakan produksi dari masyarakat sekitarnya.
Kita urus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) akhirnya sebulan dari 2.000 yard, sekarang 35.000 dikuasai pasarnya, produksinya menjadi bagus. Produksi yang berawal dari pemberdayaan masyarakat memberi dampak positif karena multiplier effek yang ditimbulkan di masyarakatnya. Masyarakat mulai merasakan manfaatnya sehingga tumbuh kesadaran untuk menggunakan hasil karya sendiri. Produksi tumbuh secara baik diikuti dengan kualitas dan inovasi sesuai dinamika yang berkembang di masyarakatnya.
Batik Geblek Renteng menjadI salah satu contoh ideologi untuk menguasai pasar. Ke depan memasukkan ideologi dalam memasarkan produk menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Sebab dengan memasukkan ideologi untuk memasarkan produksi dalam negeri, akan mencapai sukses di pasar dalam negeri. Hanya mengandalkan daya saing produksi dalam negeri akan tertinggal dari produksi yang datang dari luar negeri yang didukung teknologi dan ilmu modern.
Airku yang diproduksi PDAM setempat, memberikan keuntungan ganda bagi masyarakat. Air yang disediakan alam dan lingkungan diambil dari bumi sendiri, dikemas, dipasarkan dan keuntungannya dirasakan masyarakat sendiri.
Hanya mengolah air yang sudah tersedia di alam, memberi sentuhan sedikit teknologi dan memasarkan di masyarakat. Memberikan kesadaran di masyarakat untuk hanya menggunakan hasil karya sendiri. Tanpa merugikan kepentingan siapapun, ajakan untuk menggunakan produksi sendiri untuk memberikan pemahaman, kemandirian merupakan hak setiap warga masyarakat.
Ironis kalau hanya minum air saja harus menggunakan produksi perusahaan asing. Padahal air yang diambil dari dalam tanah di negeri sendiri, alam dengan kemurahannya memberikan air dari sumber mata air tanpa habis-habisnya.
Hanya ditambah kemasan dan dipasarkan dengan tambahan sentuhan teknologi sedikit agar kemasannya mudah dibawa. Perusahaan asing yang memproduksi air akan membawa keuntungannya ke luar negeri.
Kerugian berlipat ganda, bahan baku milik sendiri dipasarkan dan dikonsumsi sendiri tapi tidak memberi keuntungan kepada diri sendiri. Perusahaan asing mengambil air dari bumi Indonesia, mengemas dan memasarkan kepada masyarakat Indonesia. Ketika memperoleh keuntungan dibawa ke luar negeri. Saya olah airmu, saya kemas tukunen, bathine dibawa ke Prancis.(bersambung)