Sore-sore enaknya ngemie. Jadi, datanglah ke Pasar Jombokan. Kemudian masuk, bertanyalah di mana Mie Ayam Pak Untung. Atau jika melihat kerumunan orang, di sanalah mie ayam enak ini.
Saya kebetulan melihat sendiri suasana riuh di warung bersahaja di sisi pasar. “Mas mie ayam lima, bakso tiga, es teh manis delapan,” suasana hiruk-pikuk seperti itu selalu terjadi di warung mie ayam ini.
Suasana yang begitu ramai menghiasi pagi hingga malam. Suasana yang jarang ditemui di warung warung mie ayam di tempat lain. Pelanggan datang tidak hanya dari Jombokan dan sekitarnya, tapi dari tempat-tempat yang jauh.
Berdiri sejak Januari 1995, Mie Ayam Pak Untung begitu familiar bagi pecinta kuliner. Bersama Mbak Minthuk, istri yang setia mendampinginya membangun bisnis, inilah kuliner yang bikin lumer penikmat mie ayam. Di wilayah Kulon Progo, tempat ini menjadi jujugan alisan tujuan para pemburu makanan enak. Mereka datang dari Jogja, Magelang, Wonosobo, dan kota-kota lain.
Seorang penguaha daul ulang dari Bantul yang merupakan kabupaten tetangga, menjadi pelanggan tetap mie ayam ini. Namanya, Mbah Karman. Pengusaha sukses ini, selalu menyempatkan ke warung Pak Untung, bila mudik ke kampung halamanya di Temon, Kulon Progo.
“Mie ayam bakso khas Wonogiri ini, memiliki rasa tersendiri. Saya tidak ditemui di daerah lain, termasuk Bantul maupun Jogjakarta,” kata Mbah Karman saat ditemui usai menyantap satu mangkok mie ayah kesukaannya.
Keramaian Mie Ayam Pak Untung, akan semakin terlihat, saat hari libur, terutama musim mudik Lebaran. Begitu sesak. Para pemudik merasa belum puas bila tidak mampir ke warung Pak Untung. Tentulah omset yang diterima pengusaha kuliner ini, berkali kali lipat bila dibandingkan hari biasa. “Ya alhamadulillah ini sekalian beribadah,” kata Pak Untung yang menganggap membuka warung adalah ibadah, karena memberi makan orang-orang yang butuh makan. (priyo)
