Upaya menghindari produk impor, Pemda Kulon Progo telah bergerak dengan memproduksi air mineral sendiri dan tidak membiarkan rakyatnya memakan beras impor.
Pemda Kulon Progo juga sudah mulai mempromosikan batik geblek renteng yang menjadi ciri khas Kulon Progo dan sudah mendapat order 2. 000 ton beras lewat sosialisasi yang telah dilakukan pihak pemda dengan Bulog untuk penyediaan beras miskin (raskin).
“Sebenarnya banyak yang bisa kita lakukan. Karena berasnya tidak ada, sedang orang miskinnya ada, kenapa tidak beli dari daerah. Beras raskin yang disediakan per tahun itu 125.000 ton per tahun untuk Kulon Progo, tapi yang dimakan 45.000. Jadi kita sosialisasikan untuk mensuply sendiri kebutuhan beras di Kulon Progo.”
Sementara itu, One Village One Sister Company adalah kerjasama antara desa dengan perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program One Village One Sister Company ini menggandeng 17 perusahaan swasta, BUMN dan BUMD untuk menjadi orangtua asuh dari desa-desa di Kulon Progo. Perusahaan yang menjadi orangtua asuh diharapkan dapat membina desa-desa yang menjadi asuhannya sehingga kesejahteraan di desa itu meningkat dan keluar dari angka kemiskinan.
Program diresmikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, November 2012 di Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap. “Kita juga mengembangkan kepedulian sosial, semua orang kaya ayo sumbangkan zakat, infaq, shadaqah setiap bulan dari PNS harus ada. Tiap Minggu kita gilir datang ke rumah orang miskin untuk melakukan bedah rumah atau apapun. Hal seperti itu mendekatkan orang kaya dan miskin,” ungkapnya.
Hasto Wardoyo seraya membenarkan apa yang disampaikan Haryono Suyono tentang bagaimana menyadarkan orang kaya sadar ke orang miskin. Kabupaten Kulon Progo mempertemukan keluarga kaya menjadi pendamping untuk keluarga miskin (inter family) atau yang disebut Keluarga Asuh Binangun, di antaranya dengan membina Posdaya.(bersambung)