Growol, makanan khas Kulon Progo. Hanya ada di Wates dan sekitarnya. Hanya masyarakat setempat yang mengonsumsinya. Lebih khusus lagi kalangan terbatas yang biasa mengonsumsi yakni masyarakat miskin.
Keberadaannya sebagai pengganti nasi atau makanan sela, namun bagi masyarakat miskin sering menjadi menu harian. Karena keterbatasannya, tidak mampu membeli beras sehingga untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, makanlah Growol.
Makanan ini terbuat dari ketela, diolah degan dikukus setelah direndam sehingga mengeluarkan bau khas. Ada yang kenyal, ada juga yang lebih terurai. Diproduksi masyarakat barisan Gunung Menoreh karena tersedia bahan baku yang mencukupi.
Growol Sangon, dibuat di daerah Sangon terkenal dengan olahannya yang lezat. Masyarakat menyebutnya seperti jadah atau ketan, makanan yang terbuat dari beras ketan. Namun hanya orang yang terbiasa mengonsumsinya saja dapat makan. Masyarakat yang biasa makan ketela sekalipun, enggan makan karena baunya yang tidak biasa.
Masyarakat Gunung Kidul juga banyak mengonsumsi ketela, namun sesudah dibuat gaplek. Ketela dikeringkan dan biasanya disimpan, ketika musim paceklik tiba karena gagal panen barulah gaplek dikeluarkan.
Namun makanan yang disajikan berbeda yakni Tiwul, tetap berbeda dengan Growol yang mengeluarkan bau khas. Masyarakat Gunung Kidul juga mengenal jenis makanan Oyek. Sedang masyarakat Purworejo mengenal makanan Gadungan, keduanya menggunakan bahan dasar yang sama yakni ketela.
Growol mudah ditemukan saat hari pasaran, pon, wage, kliwon, legi atau pahing. Secara budaya masyarakat bertemu membawa barang dagangan dan sebagian lainnya membeli untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Pertemuan penjual dan pembeli berlangsung di satu tempat dan waktu tertentu. Pasar Pon biasanya berlangsung setiap hari yang diikuti dengan hitungan pon dan tempatnya tertentu yang berbeda dengan hari lain dengan hitungan wage, kliwon, legi atau pahing. Seterusnya diikuti dengan tempat yang berbeda-beda seperti kebiasaan yang berlangsung begitu saja tanpa kesepakatan siapapun.
Growol di masyarakat biasanya dikonsumsi dengan Tempe Benguk, juga makanan khas yang dibuat dari kacang-kacangan yang dikenal di masyarakat sebagai buah Benguk. Juga hanya masyarakat tertentu yang mengonsumsinya, karena teksturnya keras, lebih besar dari kedelai dan berwarna hitam.
Rasanya sedikit pahit kalau mengolahnya kurang, dapat menyebabkan keracunan, masyarakat menyebutnya mendem tempe benguk. Tempe Benguk juga menjadi makanan khas, karena hanya dapat ditemukan saat hari pasaran saja. Sedangkan Tempe Benguk terdapat dua jenis yakni digoreng dan dibacem.
Growol juga biasa dikonsumsi dengan Sambel Kethak, sambel yang dibuat dari campuran cabe, kencur dan kethak, jadilah Sambel Kethak. Kethak endapan yang dihasilkan dari sisa masakan minyak kelapa. Masyarakat yang memproduksi minyak sayur, menyisakan kethak yang dapat dijadikan berbagai makanan. Kethak yang dicampur gula menjadi buah tangan khas Gulo Kethak. (bersambung)