Badan Koordinasi Paguyuban Kulon Progo (Bakor PKP) Jakarta, kembali menggelar dialog Tradisi Minum Rempah Merah (TMRM). Kali ini bekerjasama dengan SMK Negeri I Kasihan, Bantul, Yogyakarta atau dulu dikenal Sekolah Menengah Kerawitan Indonesia (SMK) Yogyakarta.
Dialog yang bertema Tradisi Minum Rempah Merah, Solusi Budaya di Tengah Waspada Bahaya Narkoba dan Krisis Budi Pekerti ini diselenggarakan dalam rangka menggalang dukungan. Terutama dari Sekolah Menengah Kerawitan Indonesia (SMKI), Sekolah Menengah Musik Indonesia (SMM), dan Sekolah Menengah Seni Rupa Yogyakarta (SMSR) terhadap Percontohan Tradisi Minum Rempah Merah di Kecamatan Kokap.
Selain Ardani (Kepala SMKI), Agus Suranto (Kepala SMM) dan Sihono (Kepala SMSR), hadir dalam dialog yang penuh keakraban dan kehangatan ini, lengkap dari unsur Pemerintah, masyarakat dan swasta. Dari unsur Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, hadir dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Kebudayaan dan Dinas Pariwisata.
Camat Kokap tidak bisa hadir dan mewakilkan Rudiatin, Kasi Kesra Kecamatan Kokap. Dari unsur masyarakat hadir dari unsur TP PKK Kabupaten, TP PKK Kecamatan dan Karang Taruna Kecamatan Kokap, serta Bakor PKP selaku pemrakarsa. Joko Budiharto, senior redaktur Harian KR yang kini menjabat sebagai Anggota Dewan Kebudayaan Kulon Progo, tampak hadir mewakilik Komite SMKI. Dari pelaku usaha, hadir owner Rama Shibori dan Ayusti Griya Busana Yogyakarta.
“Kami pihak Pemerintah Kecamatan Kokap, sudah sepakat dan mendukung bahwa Kokap akan diperjuangkan sebagai lokasi percontohan Tradisi Minum Rempah Merah. Oleh karenanya kami tidak tinggal diam, dan sudah menyusun konsep. Sebagai wayang, jangan kami mengecewakan sang dalang. Ketika sang dalang menjelaskan bahwa target kita nanti, Kokap sebagai percontohan nasional, kami jawab : asyiyappp … !!!” ungkap Rudiatin, Kasi Kesra Kecamatan Kokap.
Semula uji coba kedua, tambahnya, akan laksanakan di bulan Juli, namun karena sikon yang kurang kondusif, banyak hajadan di bulan ini, maka akan kita kolaborasikan dengan HUT RI di bulan Agustus.
“Dengan masukan dari Pak Ardani bahwa paket-paket uji kompetensi diagendakan di bulan Oktober, maka kami berfikir ulang untuk mensinkronkan waktunya di bulan Oktober. Sehingga kami, siap menangkap peluang tersebut untuk menyukseskan program yang luar biasa ini dan akan lebih matang persiapan kami bila kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan Oktober,” lanjut Rudiatin.
Rudiatin yang juga menjabat sebagai Ketua Pokja TP PKK Kecamatan, melaporkan bahwa sampai hari ini sudah menyiapkan pelatihan shibori dan etika berbusana bagi kader PKK. Angkatan 1 akan dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 12 Juli 2019, dengan peserta 25 orang. Kemudian untuk kursus Bahasa Inggris, justru over peserta. Dari Karang Taruna sudah terdaftar 20 orang dan dari TP PKK sudah mencapai 40 orang.
“Bapak ibu sekalian, dapat saya simpulkan bahwa Konsep Tradisi Minum Rempah Merah adalah sebuah konsep atraksi budaya yang Terstruktur, Sistematis, Masif. Lahir dari rahim rakyat, diinisiasi oleh rakyat, diselenggaakan oleh rakyat, disponsori oleh rakyat, dikawal dan dikembangkan oleh rakyat,” jelas Agus Triantara, Sekum Bakor PKP.
Secara kelembagaan, tradisi ini diprakarsai oleh Bakor PKP, diselenggarakan oleh TP PKK, dan secara teknis operasional akan didukung oleh Karang Taruna dan lembaga kemasyarakatan yang ada dan sudah menyatakan komitmennya, yaitu : semua sekolah di Kokap, lembaga keagamaan di bawah naungan NU dan Muhammadiyah, kelompok tani, kelompok seni, pramuka, dsb.
“Hari ini saya hadirkan perwakilan dari 5 BUM Desa dari Desa Kalirejo, Hargowilis, Hargotirto, Hargomulyo dan Hargorejo di sini, dengan maksud agar potensi kelembagaan BUM Desa ini dapat kita libatkan sebagai mitra kerja profesional,” tambahnya.
Agus menambahkan bahwa sebagai wujud dari Gerakan PKK (Implementasi Perpres 99/2017), kegiatan Tradisi MRM ini otomatis akan didukung oleh semua dinas terkait : Bappeda, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pendidikan dan Balai Pendidikan Menengah, Dinas Kesenian, Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Peternakan, Dinas/Kantor Kesbangpol, Perpustakaan dsb.
“Memang di awal sosialisasi, kami mendapat tantangan yang keras dari internal organisasi di Jakarta. Pada tantangan pertama ini, kami berhasil meyakinkan bahwa Bakor PKP tidak ada agenda bisnis sama sekali. Bisnis rempah merah adalah ranahnya pelaku bisnis,” ungkapnya.
Tantangan kedua, kami hadapi ketika Dialog dengan stakeholder 5 desa se Kecamatan Kokap, pada 16 Mei 2019. Para tokoh masyarakat pada waktu itu khawatir, kalau nanti masyarakat sudah digerakkan untuk budidaya rempah, siapa yang akan menyiapkan bibitnya, menyiapkan modal kerjanya, pengolahan pasca panennya, kualitas produknya, menjamin pasarnya, dsb.
“Pada tantangan kedua ini, kami berhasil meyakinkan masyarakat bahwa tujuan kita bukanlah untuk berbisnis rempah. Abaikan bisnis rempah ! Tujuan utama kita adalah menciptakan tradisi budaya yang dapat menjadi ruang publik untuk melestarikan budaya silaturahmi, mengembangkan budaya literasi, menampilkan budaya seni dan menguatkan budi pekerti,” lanjut Agus.(agt)