Home / DWIDJO / Api Cinta (124): Perempuan itu mengenali nama Paing

Api Cinta (124): Perempuan itu mengenali nama Paing

Paidi sudah dapat tidur tenang, tuduhan yang dialamatkan kepadanya dapat dieleminir dengan tulisan panjang sekitar Ciblek dan Sunan Kuning.  

Tidak ada lagi tuduhan miring, di kampus, di perperpustakaan dan masjid. Tidak ada lagi perempuan yang membuang muka saat berpapasan. Juga tidak ada lagi yang sengaja membuang ludah di hadapannya. Semua berjalan baik, bahkan Paidi sekarang menikmati popularitas. Mendapat banyak undangan diskusi, banyak mendapat tawaran on air di siaran radio.

Semester ganjil Paidi pamit tidak pulang kampung. Kepada biyungnya berkirim surat, untuk menyelesaikan tugas yang belum rampung. Orang tuanya maklum, memberikan kesempatan anaknya untuk menyelesaikan semua persoalan yang dihadapi. Bukan saja persoalan belajarnya, melainkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pribadi dan masa depannya.

Madanom menerima surat sekaligus dua. Dari tulisan tangan yang tertara di amplop, Madanom segera mengetahui mana tulisan anaknya. Sedangkan surat yang satu lebih rapi dan ditulis secara teratur, siapa gerangan yang mengirimkan surat. Ditilik dari tulisannya, surat dikirim seorang wanita. Madanom mengenali corak tulisan yang sembarangan dan teratur. Keduanya membedakan siapa yang mengirimkan, setelah diteliti pengirimnya, benar seorang perempuan. Ditujukan kepada Mas Paing, paraban buat Paidi di rumah.

Perempuan yang mengenali nama Paing, pasti bukan perempuan sembarangan. Paling tidak sudah berkenalan sejak lama, berkawan dekat. Pacar, pasti bukan sebab Paidi tidak pernah bercerita tentang pacaran. Tidak ada pacaran dalam kamus kehidupannya. Anaknya masih berkomitmen untuk segera menyelesaikan sekolah agar dapat cepat bekerja dan dapat membantu meringankan beban kehidupan keluarga.

Gerangan siapa yang berkirim surat kepada anaknya, Madanom makin penasaran. Segera dibuka isi surat dan membacanya.  Amanah. Benar perempuan yang mengirimkan surat kepada anaknya. Sebelum membaca seluruh isi surat Madanom mencari tahu, siapa orang yang mengirimkan surat. Mengapa juga mengirimkan surat ke rumah orangtuanya. Apa masalahnya, sehingga seorang perempuan merasa perlu mengirimkan surat kepada anaknya dialamatkan ke kampung halaman.

Bukankah surat dapat disampaikan langsung, atau dialamatkan ke kost. Madanom makin tidak sabar untuk mengetahui apa di balik isi surat kepada anaknya.  Mas Paing yang baik, Madanom lega membaca kalimat pertama. Anaknya dikenal orang sabagai orang yang baik. Tidak kehilangan arah perjuangan, sebagai anak kampung yang mukim di metropolitan masih dikenal sebagai orang baik.  Kebaikan dibawa sejak dari kampung tetap terpelihara. Orang mengenal anaknya sebagai sosok yang baik.

Madanom  makin tidak sabar untuk meneruskan membaca surat yang disampaikan perempuan bernama Amanah. Siapa sesungguhnya anak perempuan ini, mengapa berkirim surat dan menyatakan Paing sebagai anak yang baik. Apa hubungan Amanah dengan anaknya yang sedang berada di rantau. Ada pertemenan saja, atau ada hubungan khusus yang mengarah kepada cinta. Madanom menjadi was-was memikirkan kalimat yang terakhir, cinta. Sudahkah anaknya mulai bercinta, bagaimana dengan sekolahnya.

Dalam keyakinanya cinta menjadi buta, sekolah bisa terbengkelai. Bagaimana menyelesaikan sekolahnya segera kalau harus berurusan dengan cinta. Bukankah cinta membutuhkan biaya. Untuk berjalan bersama, sekedar makan baso bersama. Membutuhkan biaya juga kalau harus jalan berdua, masih ringan kalau membayar sendiri. Berdua pengeluaran akan menjadi lebih besar. Bagaimana mengatasi semuanya. (bersambung)

About redaksi

Check Also

Saber Budaya Menoreh Kedah Mbangun Pariwisata Kulonprogo

Yogyakarta, Kabarno.com Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY) melalui Dinas Pariwisata Provinsi, memyambut baik …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *