Ki Ageng Mangir dengan segala legendanya, menjadi tokoh panutan bagi masyarakat Mangiran kala itu. Tapi kejayaannya sirna sejak terpikat oleh Putri Pembayun, sekar kedaaton Mataram yang diutus Panembahan Senapati untuk melumpuhkan kekuatannya.
Dalam cerita tutur, Mangir kemudian menjadi menantu Senapati tapi diperjaya dalam tragedi dibenturkan di watu gilang. Kematian Ki Ageng Wanabaya menjadi ironi Mataram sampai kini.
Selanjutnya, Ki Ageng Mangir dipusarakan di Kota Gede, komplek raja-raja Mataram. Sepotong nisan berada di dalam cungkup besar, sepotong lagi ada di luar. Sebuah simbol pengakuan Mataram bahwa separo tubuh Mangir adalah anggota kerajaan karena ia menantu raja. Tapi separo lagi bertubuh pemberontak jadi pusaranya ada di luar cungkup.
Hingga saat ini, masyarakat Jogja mengetahui bahwa makam Ki Mangir Wonoboyo ada di Kota Gede. Tapi versi berbeda menyebutkan, Mangir dipusarakan di Godean. Tapatnya di Dusun Saralaten, Sidakarta, Godean, Sleman.
Penganut versi makam Godean, meyakini bahwa keberadaan nisan di Kota Gede tak lebih dari nisan politis. Sebab, Panembahan Senapati tidak ingin kehilangan muka, dengan sungguh-sungguh membuang Mangir dari lingkaran kerajaan.
“Itu dimaksudkan oleh Kanjeng Panembahan Senapati sebagai pengakuan sebagai menantu sekaligus sebagai musuh,” jelas seorang juru kunci Makam Raja Mataram di Kotagede.(bersambung)