Jumat Pon, Saatnya Sowan Panembahan Senapati (6)

Kotagede. Kotaraja Mataram itu, dibangun di atas Alas Menthaok, pemberian Joko Tingkir, Sultan Pajang berjuluk Prabu Hadiwijaya. Dibangun oleh Ki Ageng Pemanahan, Mataram berkembang dalam bentuk yang indah, di tangan Sutawijaya ya Panemban Senapati, yang masyur sebagai penguasa istana Mataram, setelah Sang Pemanahan (ayahandanya) mangkat.

Dalam catatan De Haen, peneliti Belanda yang tahun 1623 pernah datang ke Mataram, Kotagede dilukiskan sebagai kota yang memang gede alias besar, luas dalam arti yang sesungguh-sungguhnya; gede luasnya, gede penduduknya, serta gede perbawanya.

Selain memiliki jalan yang lapang, Haen mendiskripsikan Kotagede yang merupakan pusat Kerajaan Mataram dikelilingi benteng kokoh dengan parit sebagai barikadenya. Di dalam benteng, juga berdiri banyak bangunan bagus, termasuk lumbung padi yang menyimpan persediaan makan berlimpah.

Kini, di Kotagede yang makin riuh, masih bisa ditemukan sisa kebesaran Mataram. Puing benteng juga di beberapa tempat dapat ditemukan. Di Dusun Kedaton dan Dusun Dalem, dulunya ada di dalam cepuri, reruntuhan benteng bisa dijumpai. Benteng yang memiliki bokong semar (dulunya tembok sebelah tenggara yang bentuknya menyerupai bagian belakang wayang Semar ) ini, juga  masih bisa ditemukan di Makam Hasta Rengga.

Benteng yang mengaga sebesar tubuh manusia itu, masih sering mengalirkan cerita heroic tentang Raden Rangga. Konon, tembok itu jebol diterjang salah seorang putra Panembahan Senapati, yang terkenal urakan dan sakti itu. Kini, orang menyebut reruntuhan tembok itu dengan Benteng Raden Rangga.

Demi kemegahan istana Mataram, cepuri Kotagede dibangun tahun 1592. Tembok penyokong kejayaan bumi Menthaok itu, dibangun melengkapi kemegahan Mataram selain taman Danalaya di selatan, gedong pusaka Prabayeksa, hutam perburuan Krapayak, serta masjid gede.(bersambung)