Ini Dia Keris Kiai Songgobuwono Milik Patih Demak

oleh -230 Dilihat
oleh

Keris ini sangat legendaris. Keris yang digubah oleh Mpu Joko Supo yang diberi nama Kiai Songgobuwono. Bukan sembarangan keris, karena ada amalan ilmunya, sehingga yang memiliki juga bukan orang-orang biasa.

Dan, Kiai Songggobuwono saat ini dirawat oleh MT Arifin, seorang tokoh Kebumen, pengamat militer, sekaligus pecinta keris. Karena pernah dimiliki oleh Patih Demak, dengan sendirrinya, keris ini bisa dimasukkan ke dalam era kerajaan Islam di Jawa itu.

“Dhapur Nogososro Pudhak Sategel. Ini pernah dimiliki oleh Patuh Wonosalam dari Demak,” kata MT Arifin yang juga seorang penulis buku dan akademisi  tentang keris tua yang memang terlihat sangat indah.

Keindahan itu, segera memikat Ki Setyo Budi, Ketua Umum Tosan Aji Brajabumi. Ia termasuk kolektor yang memiliki banyak keris, sehingga bisa langsung melihat keistimewaan Kiai Songgobuwono.

“Wangun Sanget menawi agemanipun Rakyan Patih. Langkung wingit tanpo sinarasah utawi kinatah. Wonten amalanipun, jumbuh kaliyan makna filosofi Naga Jawa, Sangga Buwono…Milo menawi pas obah Bumine kenging Lindu,” kata Ki Setyo yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berisi pujian, pantas jika pernah dimiliki seorang patih.

Berdhapuri nogososro pudhak sategal juga mengesankan sebagai keris yang langka.  Menurut Ki Setyo, terlihat sekali pudhak sategalnya. Berbeda dengan nogososro karya Ki Supo Anom.  MT Arifin setuju dengan pendapat Ki Setyo bahwa keris nogososro karya Mpu Supo Anom dengan Mpu Joko Supo.

“Benar. Berbeda, jika nogososro babaran Mpu Supa Anom, kegunaannya untuk tumbal negara. Kalau nogososro karya Mpu Joko Supo, manfaatnya untuk mengembalikan santet yang berasal dari orang jahat atau musuh,” jelas MT Arifin.

Memang, era Demak sangat banyak bertebaran ilmu hitam seperti tenung atau santet. “Ilmu tenung banyak beredar di zaman Demak. Pusatnya ada di  kawasan urut sewu,” tambah Ki Setyo Brajabumi.

Dalam sejarah tak tertulis, begitu menurut MT Arifin, ilmu tenung yang menakutkan dan kuat berasal dari Blambangan dan Pejajaran. Tapi kalau di Jawa Tengah, yang cukup kuat ada di wilayah selatan hingga ke pesisir selatan. Itu memanjang dari pesisir selatan bagian timur hingga barat.   “Dari wilayah Wonogiri, Gunung Kidul, Kulon Progo, Urut Sewu hingga ke perbatasan Jawa Barat,” ungkapnya. (kib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.