Api Cinta (92): Meninggalkan Semua yang Ada, Termasuk Kenangannya

oleh -302 Dilihat
oleh

Madsani dan Madanom masih termenung memikirkan jalan keluar terbaik untuk dirinya, anak-anak dan keluarga besar yang menyertainya. Akankah mengikuti kata hatinya untuk melakukan perjalanan panjang, hijrah mencari kehiupan yang lebih baik daripada di kampung halaman.

Semua dipertimbangkan masak-masak. Kalau keputusan diambil nantinya agar tidak ada penyesalan. Kepergian meninggalkan kampung halaman, memiliki konsekuensi. Sama halnya dengan bertahan di rumah, juga mendatangkan akibat-akibat langsung dan tidak langsung yang harus ditanggungnya.

Kalau harus meninggalkan kampung halaman, sudah pasti akan meninggalkan semua yang ada, termasuk kenangan bersama teman, sanak keluarga dan yang sudah pasti meninggalkan kedua orang tuanya yang sudah mulai berangkat senja. Inilah pertimbangan yang sejak awal dipikirkan, bagaimana mungkin meninggalkan kedua orang tuanya sendiri di kampung halaman.

Kalau bertahan di kampung halaman gambaran kehidupan yang dicita-citakan bersama akan sirna, kehidupan yang layak atau bahkan lebih baik akan dapat diwujudkan di tanah seberang. Tetap bertahan di kampung halaman,  berarti usaha memperbaiki kehidupan akan berlangsung lama.

Bagaimana pandangan masyarakat, kalau harus meninggalkan kedua orang tuanya di rumah sendiri. Meski mereka berdua, namun penghidupan mereka tidak menentu. Bagaimana mencukupi kehidupan bersama, sedangkan ketika masih ada keluarga besar saja kehidupan tidak terurus secara sempurna.

Pandangan masyarakat dapat diabaikan, bagaimana dengan ajaran dan keyakinan yang harus diabaikan. Para leluhur sudah memesankan untuk memberikan pelayanan dan pemeliharaan kepada kedua orang tuanya, terlebih ketika keduanya sudah mulai berangkat senja. Menjadi kewajiban anak-anak untuk mengurus kedua orang tuanya, bukan mengabaikan, bukan meninggalkan apalagi ketika mereka sudah menjadi renta.

Mereka tidak kuat lagi bekerja, apalagi untuk mencari nafkah. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja, mereka harus berjuang. Memperjuangkan diri sendiri menghadapi usianya yang sudah mulai senja. Untuk mandi, mencuci dan memasak mereka harus berjuang ekstra keras, terlebih untuk menempuh perjalanan panjang ke pasar atau keperluan lain di luar rumah.

Akankah tega memperlakukan kedua orang tua seperti itu, memenuhi kebutuhan sehari-hari sendirian. Meski dapat mengirimkan uang untuk keperluan sehari-hari, memberikan pembantu untuk mengurus berbagai keperluan. Namun mengabaikan keperluan senda gurau dan perbincangan kecil yang menjadi pintu dari berbagai kepenatan hidup sehari-hari.

Bukankah orang tua yang sudah menjadi renta, kembali seperti anak-anak. Mereka kembali ingin menjalani kehidupan sebagaimana masa kanak-kanaknya, bermain mendapat pelayanan dan memperoleh perhatian sehingga mereka tidak mengalami kesepian di antara keramaian lingkungan sekitarnya. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.