Perhatiannya kepada kaum dhuafa menimbulkan empati. Pergaulannya dengan orang-orang pinggiran menjadikan Paidi penuh perhatian. Selain berasal dari keluarga yang sederhana. Juga pergaulan di kampung halaman membentuknya.
Paidi memiliki perhatian kepada kaum dhuafa lebih dari yang lain. Apalagi kalau sudah berhadapan dengan perempuan, rasa mendalam menyertai setiap kesedihan. Membantu dan memberdayakan, termasuk kepada Ciblek dan perempuan di kompleks pelacuran.
Paidi menyadari benar kelemahan itu. Ketika berhadapan dengan perempuan berurai air mata rasanya tidak tega. Perasaannya ingin membantu, mengentaskan mereka dari kemiskinan struktural. Kemiskinan yang disebabkan proses marjinalisasi.
Pelacuran sesungguhnya hanyalah akibat dari proses pembangunan yang mengabaikan manusia. Dalam berbagai diskusi membahas kemiskinan dan pelacuran selalu muncul jargon lingkaran setan yang sulit diputus. Mengatasi kemiskinan terlebih dahulu atau memberantas pelacuran. Keduanya harus secara simultan dilakukan bersama-sama.
Memberdayakan pelacur sama halnya dengan menceburkan diri dalam lingkaran setan pelacuran. Sebab mengubah gaya hidup serba pintas akan menemukan jalan buntu. Mereka terlalu mudah mendapatkan penghasilan dari melacurkan diri. Mereka terlena dalam kehidupan yang serba instan. Semangat berjuang untuk mencapai kehidupan yang layak sudah mereka tinggalkan.
Razia dilakukan aparat berkali-kali. Setiap kali tertangkap, masuk rehabilitasi mendapat pembinaan. Termasuk pembinaan usaha ekonomi sebagai bekal kembali ke masyarakat. Setelah berusaha menghadapi kendala mereka kurang siap bersaing. Tidak bertahan lama, tergoda untuk kembali ke jalan kehidupan malam. Razia selalu mendapatkan kasus yang sama. Orang yang sama dan permasalahan yang sama.
Mereka selalu menjadikan ekonomi keluarga sebagai alasan. Kemiskinan di kampung halaman, membantu meringankan beban ekonomi keluarga menjadi dalih. Sebab setiap perempuan yang berada di kompleks pelacuran.
Alasannya seragam, kalau tidak sakit hati kepada bekas suaminya. Ekonomi keluarga menjadi sebab utama mereka terjun di dunia malam. Padahal mereka malas saja, mereka enggan bekerja keras. Mereka mendapatkan hasil banyak dari pekerjaan yang dilakukan. Mereka tidak perduli akibat yang ditimbulkan. Ada masalah sosial, ada masalah kesehatan dan berbagai persoalan yang membelitnya. (bersambung)