Menguak Misteri Keris Eksekusi Dapur Laler Mengeng

oleh -310 Dilihat
oleh

Wes meh sore, Kamis Wage, 24 Mei 2018, ngancik poso kaping wolu. Menuju sore, para penggiat tosan aji di Perkumpulan Brajabumi, sudah mbabar kabar dari kesilaman. Diskusi agak berat, karena membahas keris dapur laler mengeng yang bukan hanya sinengker tapi sekaligus nggegirisi.

Dalam khasanah perkerisan, dapur laler mengeng, memang memiliki dimensi magis yang tinggi. Agak langka, karena pada masa lampu, hanya disimpan para raja untuk dikeluarkan sesekali, terutama untuk midono.

Konon, keris ini, populer di era Amangkurat I, karena dikait-kaitkan dengan dugaan dibunuhnya banyak orang, termasuk para ulama, atas perintah raja. Sudah sejak lama, ada anggapan mengerikan tentang dapur laler mengeng: sekali dihunus harus ada rojopati.

“Memang, keris berdapur laler mengeng, jarang sekali ditemukan. Tapi setiap raja  memiliki. Sebab, keris dengan dapur ini, biasa sebagai simbul jatuhnya vonis mati kepada pemberontak,” demikian kata Ki Sugeng Winarto dalam diskusi virtual Perkumpulan Brajabumi.

Mitos keris dapur laler mengeng, sebagai keris untuk mengeksekusi mereka yang dipidono, sangat kuat. Nama laler mengeng juga merujuk pada perilaku lalat hijau, yang selalu mengerubungi bangkai. Pendekatan itulah yang kemudian diyakini jika ada laler di situlah ada mayat. Atau, jika ada dapur laler mengeng, di situlah ada rojopati.

Tapi merujuk pada laler yang tidak akan berterbangan jauh dari mayat, agaknya masih penuh perdebatan. “Ada sebagian saudara kita di dunia seni budaya yang memaknai lalat hijau, laler wilis sebagai simbol keindahan. Karena warnanya yang hijau gemerlapan,” kata Ki Setyo yang Ketua Umum Perkumpulan Brajabumi menawarkan diskusi lebih menukik.

Jika diamati dari konstruksi, menurut Ki Rengga Dumadi, keris itu tajam di sisi luar sampai buntut urang bahkan dipasang juga greneng. Sementara di bagian dalam ada kembang kacang yang dibuat lebih tebal dan ada pejetan.

“Ini mungkin mengarah pada fungsi maaf jika untuk membunuh akan arah menyamping sehingga akan menimbulkan sayatan yang lebih lebar. Maaf ini entho-entho saya lho melihat konstruksi keris,” tutur Ki Rengga Dumadi.

Sebagai keris langka, dapur laler mengeng memang memiliki ciri yang tidak banyak dijumpai pada keris lain. Salah satunya, kembang kacang terbalik. “Kalau menurut saya keris laler mengeng ini boros warangka.. Punya saya sampai empat kali ganti warangka karena pecah,” timpal Ki Beta Puspa Yuwana yang memang memiliki beberapa keris berdapur laler mengeng.

Pengalaman Ki Beta, mempertebal penafsiran bahwa keris dapur laler mengeng, tidak mudah distrateni. Butuh treatmen yang tidak biasa, karena inilah keris yang tidak sembarangan boleh dihunus. Namun perihal warongko laler mengeng yang sering pecah, bisa juga dipahami sebagai kualitas kayu yang dipakai sebagai warongko.

“Untuk warangka yang sering pecah. Saya pernah mendengar dari Bopo Bambang Gunawan, kemungkinan besar karena kayu yang digunakan kurang bersahabat dengan suhu dan cuaca disekitar warangka tersebut,” timpal Ki Setyo, berusaha keluar dari dimensi magis.

Tapi Ki Beta Puspa Yuwana juga memiliki argumen yang kuat. Sebab, menurutnya, warongko miliknya memakai kayu nagasari. “Injih Ki, sayang kayu nagasari yag saya pesan khusus malah pecah. Mungkin di tempat saya tidak cocok buat warangka nagasari,” ungkapnya.

Begitulah. Keris dapur laler mengeng, memang diselubungi kabut misteri. Diskusi virtual Perkumpulan Brajabumi di forum WhatsApp makin gayeng, tapi harus dihentikan sejenak, karena adzan Ashar terdengar. (kib)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.