Tampil Sakral bersama Poetoet Sadjen

oleh -1121 Dilihat
oleh

Hari ini, mari mengawali penampilan bersama sang poetoet sadjen dan pajimatan poetoet luk lima. Dengan warangka sandang walikat kayu cemorosari, meski kadang raga tertatih, atau ketika semangat mulai letih, rasanya tidak harus batin merintih.

Tentu tidak. Bahkan ketika anak anak bumi pertiwi banyak yang durhaka dan menjadi malin kundang bagi bangsa dan leluhurnya sendiri, keris adalah pusaka dan tuntunan hidup. Laku, ajaran, simbol, sanepa dan pedoman. Juga ngelmu kaweruh kehidupan.

Inilah ngelmu yang tak pernah lepas dari daya spiritualitas dan keilahian. Mungkin fisiknya telah renta, mulai gripis-gripis. Terkorosi usia, namun api semangat dan spirit tempaan menjadikannya kokoh melalui zaman demi zaman. Mengarungi generasi ke generasi. Merekam jejak sejarah dan menuliskan cerita tanpa batu waktu.

Akankah di kemudian hari kita menjadi bangsa yang latah? Yang bahkan malu dengan tradisi, ajaran dan budaya peradabannya sendiri? Menjadi bangsa pengekor yang bereuforia hanya dengan kejayaan masa lalu. Menjadi bangsa yang tak memiliki jati diri bahkan malu dangan jatidirinya sendiri.

Keris adalah jati diri kita. Tidak perlu malu mengaku bahwa keris adalah kebanggaan sekaligus piantel yang mempertebal kekayaan batin. Ini, merupakan kekayaan tak ternilai yang bangsa lain iri ingin memiliki.

Sekali lagi, mari memulai hari bersama sang poetoet sadjen. Berharaplah, atau berdoalah. Semoga pekan ini menjadi penuh berkah setelah disawapi pajimatan poetoet luk lima yang walau sudah renta tapi tetap penuh makna.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.