Nyadran Ageng hari ketiga di Pajimatan Kiai Jombok di Bujidan, segera dimulai. Tetamu mulai berkumpul di depan kramatan.
Seperti biasa, panitia nyadran sudah sibuk mengatur kelancaran acara. Ada Pak Yuno yang memimpin mulai dari membungkus Pacitan, menghitung pengaron, hingga semua yang berhubungan kelancaran nyadranan.
Nyadran Bujidan seperti menjadi puncak pertemuan para keluarga yang mempunyai leluhur di Pajimatan Kiai Jombok. Tiga kramatan utama, Mbanaran, Kauman, dan Bukjdan, menjadi tempat yang selalu ramai para perantau di setiap bulan Ruwah.
“Ya setahun sekali, bisa bertemu konco-konco yang lama tidak pernah berjumpa,” kata Maswin, salah seorang perantau dari Jakarta yang merloke pulang untuk ikut nyadran.
Jadilah, suasana gayeng dan regeng tercipta. Apalagi Maswin bisa reuni dengan teman-temannya di era 90an yang sudah mencar. Ada Pak Gurin yang sudah menetap di tlatah Jenar Purworejo. Ada pula Pak Jumpong, yang sukses menjadi pengusaha kerajinan tangan. Mereka bertiga adalah tokoh pemuda tahun 90an yang peng-pengan.
Tentu saja, tidak hanya mereka bertiga yang bernostalgia di nyadranan. Tapi juga tokoh-tokoh yang lain. Semua merasa inilah tempat silaturahmi yang menyenangkan, sebelum masuk Ramadhan, dan nanti Idul Fitri.(mg)