Mlipir ke Mangir-7: Tinggalkan Mataram, Pembayun jadi Rakyat Biasa

oleh -456 Dilihat
oleh

Begitulah demi politik kekuasaan, Panembahan Senapati, harus menjadi sosok yang tegas. Ia bukan hanya dikenal sebagai tokoh sakti yang membangun Dinasti Mataram, tapi sekaligus figur yang berani mengambil tindakan-tindakan tanpa kompromi, meski terhadap keluarga sendiri.

 

Pembunuhan dramatik pada menantunya, hanya satu contoh yang niscaya. Tapi mengusir sekaligus menghapus sejarah putrinya sendiri, adalah tindakan sangat berat. Ia paham, untuk keutuhan negerinya, Ratu Pembayun harus menjadi putri triman, kemudian dihilangkan bukan hanya eksistensinya tapi juga jajak kehidupannya.

Jadi putri triman, kemudian dinikahkan dengan putra Ki Ageng Karanglo, adalah penderitaan amat berat, setelah melihat suaminya dibenturkan kepalanya di watu gilang. Apalagi, Sekar Pembayun sedang hamil anak pertama, buah cintanya dengan Mangir. Sebuah pengorbanan yang tidak kecil untuk masa depan Mataram.

Setelah Ki Ageng Mangir dibunuh kemudian dipusarakan, Pembayun hidup menjadi rakyat biasa bersama Ki Ageng Karanglo. Lalu, berganti nama dengan menghapus nama kebesaran sebagai putri raja. Jejaknya, benar-benar hilang selain makamnya di komplek pemakaman Ki Ageng Karanglo.

Pusara Ratu Pembayun di Karanglo, ada yang meyakini sekadar pusara kosong, karena sejatinya, wanita yang digambarkan ayu mempesona ini, tidak lagi tinggal di Karanglo. Bersama sang suami, ia meninggalkan Mataram tanpa ada yang tahu pindah ke mana. Inilah yang menghasilkan versi lain keberadaan Sekar Pembayun, pahlawan Mataram pemikut Ki Ageng Mangir, yang menjadi musuh tak terkalahkan Panembahan Senapati.(bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.