Hari ini Mbah Amat harus merenungi diri, perjumpaan dengan Ki Bawang harus dikurangi intensitasnya. Soalnya kalau tiap hari berjumpa tentu akan membosankan juga. Akan stagnan untuk menghasilkan ide-ide baru. Dan tentunya Ki Bawang akan menjadi jengkel terhadap sikap Mbah Amat yang kadang kurang sopan, melanggar etika dan agak ngeyel.
Ya itulah kegiatan Mbah Amat selalu saja berusaha mencari ide-ide baru dan segar. Namun ternyata memunculkan ide itu tidak gampang, tidak sederhana, butuh sesuatu yang bisa menjadi pemicu ide kreatif.
Lha bagaimana lagi, soalnya asset yang dimiliki Mbah Amat hanyalah pikiranya saja. Sawah tidak punya, rumah tidak punya, pekerjaan serabutan, tergantung dari apa yang diperintahkan orang, nunggu orang menyuruh bekerja.
Namun ya sudahlah, hidup mesti tetap harus berjalan. Pantang berhenti atau beristirahat. Satu-satunya asset yang dimiliki Mbah Amat adalah mempresentasikan ide-ide dan gagasanya di depan Ki Bawang. Siapa tahu ada yang cocok dipresentasikan di depan Ki Bawang. Kemudian Ki Bawang tertarik, kemudian menginvestasikan modalnya untuk mewujudkan ide-ide dari Mbah Amat.
Namun ya sudahlah, itulah kemampuan Mbah Amat selalu berpikir melamun, membayangkan masa depan, dan membayangkan penyelesaian yang harus dikerjakan terhadap masalah hidup. Dan kadang kala masalah hidup yang dihadapinya harus diselesaikan dengan menambah masalah yang baru lagi.
Masalah yang baru juga perlu penyelesaian dengan jurus yang baru. Setidaknya ada harapan baru, setidaknya ada cahaya kehidupan baru, setidaknya kampung tempat tinggal Mbah Amat masih ada yang mengharapkan kehadiran hari baru yang lebih cemerlang.
Itulah ide yang selalu mengubah kehidupan orang. Bukankah dulunya membangun itu awalnya hanya sebuah ide? Ide-ide para petinggi negeri, ide para pembuat kebijakan? Ada ide membangun pelabuhan, membangun bandara, membangun tempat wisata, membangun underpas, ide membuat jalan, membuat saluran air, ide-ide anak-anak muda tentang bagaimana menghadapi masa depanya. Ide-ide tentang kemajuan ilmu pengetahuan yang sulit diikuti oleh logika orang-orang dahulu. Teknologi yang selau berubah, dan terpaksa generasi sekarang berusaha meraba-raba mengikuti perkembangan jaman,
Ada yang tidak menarik juga, tetapi ya sudahlah. Mbah Amat melanjutkan renunganya, menunggu ide turun dari langit, menunggu “wangsit” sampai ketemu ide-ide barunya.(stmj)