Ki Mbero Mak Gragab Disuruh Sabar…

oleh -153 Dilihat
oleh

Awan-awan sudah disuguhi pemandangan menyeramkan. Ki Mbero sewot gara-gara telat ke sawah. Ia tidak habis mengerti mengapa, jalanan yang biasanya senyap, berubah menjadi riuh-rendah. Rome. Lalu, ia misuh-misuh, tentu saja kepada Densus yang dianggap mewakili pangrehprojo.

Mendengar dirinya dipisuhi, Densus yang memang priyagung abdi nagari, yo tidak trimo. Lalu, ia mewejang khas kanjeng ndoro seten. Ia memang memiliki leluhur yang menjadi seten di zaman kompeni dahulu kala. Maka kalau lagi tidak enak hati, naluri setennya kumat. Dasarnya dia juga ya itu tadi, abdi negari, jadi semakin ndodro anggone memberi ular-ulang.

Untungnya, segera muncul Denpur yang biasa mengalirkan harmoni. Piyayi Menguri ini memang tipe yang tidak suka ribut, meski kadang berani mancing-mancing keributan, kalau Cakruk sudah mulai sepi nyenyet. Tapi kali ini, Denpur menjadi pelobi tingkat tinggi dalam konflik Ki Mbero melawan Densus.

“Haiyo..nek seeng kudu syukur, nek susah kudu sabar,” kataya, entah dapat kata-kata darimana kok tumben bawa-bawa kang Sabar. Pasti ini akan jadi masalah, karena Kang Sabar itu tonggonya Ki Mbero yang sudah lama menghilang.

“Sabar wes bali po??” Loh rak tenan. Ki Mbero memang memiliki kepentingan besar setiap kali mendengar nama Sabar disebut. Soalnya, Kang Sabar itu, punya adik yan ayune tumpuk-undung. Kembang deso yang jadi rebutan semua poro mudo. Juga Ki Mbero, kala itu.

“Sabar kuwi wong Soronanggan,” timpal Denpur, entah mengarahkan tembakan ke mana.

“Lekne Saring,” Ki Mbero cepat menangkap arah pembicaraan sekondannya. Tapi pertarungan kata-kata makin tak terarah, tidak tahu siapa lawan siapa kawan. Sumpyuh. Adu banteng. Saling tubruk ra karu-karuwan.

“Sabar…subur,” tiba-tiba terdengar suara PMD, tokoh yang kondang digdoyo tapi hanya sesekali muncul. Seperti Baladewa yang munculnya kadang-kadang tapi menjadi penentu akhir Baratayuda Jayabinangun.

Akhirnya benar. Densus muncul menutup pertarungan ini. Ia mengeluarkan jurus mabok, nubrok sono nubruk sini. “Sabar…subur..bejo..untung..slamet…widodo..rahayu.” Soyo ngawur to? Mendingan kita cari mie nyemek saja, siang-siang gini, bisa buat tombo ngantuk.(kib)

Responses (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.