Hari ini, 12 April 2018. Dan, di hari yang sama, 12 April, 106 tahun silam, Gusti Raden Mas Dorodjatun dilahirkan. Mari berdoa di hari peringatan kelahiran Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX ini.
Menuliskan Raja Kraton Mataram Jogjakarta kaping songo ini, tentulah tak cukup hanya dengan satu judul tulisan. Kuncaraning asmo dalem, kiprah politik, serta kisah-kisah kepahlawanannya, butuh berlembar-lembar buku untuk diceritakan.
Rasanya juga memang sulit, menuliskan riwayat hidup Sinuwun yang dicintai rakyat ini. Lahir pada 12 April 1912, Ngarso Dalem IX wafat pada usia 76 tahun, pada 2 Oktober 1988. Raja Jogja yang bertahta pada 18 Maret 1940 ini, adalah putra Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dari permaisuri Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegoro.
GRM Dorodjatun, seolah sudah dipersiapkan oleh alam, untuk menjadi pemimpin. Lihat saja perjalanan hidupnya yang tak selalu berada di lingkungan istana. Pada saat masih balita, ia sudah berpisah dengan lingkungan keluarga.
Selanjutnya, masa-masa pendidikan, dilewatkan di sekolah-sekolah bergengsi. Mulai dari Europeesche Lagere School Yogyakarta. Lalu, Hoogere Burgerschool Semarang, Hoogere Burgerschool Bandoeng, serta kuliah di Rijkuniversiteit atau Universiteit Leiden, Negeri Belanda.
Tapak sejarah raja bergelar Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga ing Ngayogyakarta Hadiningrat ini, sangat jelas bagi rakyat Jogja, serta banga Indonesia.
Pengorbanannya untuk Indonesia merdeka, juga begitu besar. Selain mengongkosi para pemimpin negeri selama revolusi, Kanjeng Sultan adalah raja yang mencintai rakyatnya. Ngarso Dalem inilah yang menolak permintaan Jepang untuk mengirimkan kawulo Yojo menjadi romusha. Cara menolaknya juga sangat elok: rakyat Jogja sedang punya hajat ‘mengawinkan’ Kali Progo dengan Kali Opak dengan membuat selokan panjang yang hingga kini dikenal sebagai Selokan Mataram.
Bagi republik ini, peran HB IX pun amat vital. Serangan Umum 1 Maret yang menjadi tonggak keberadaan Indonesia di mata dunia, adalah bagian dari strategi Sri Sultan, meski banyak perdebatan karena selama ini yang disebut-sebut pengendali SU adalah Pak Harto.
Puncak pengorbanan Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah keputusan menyatukan Negari Mataram ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Inilah momentum yang menjadikan wilayah Kasultanan Jogjakarta sebagai Daerah Istimewa.(kib)