Lima kabupaten di Indonesia, mengirimkan 38 peserta dalam Diklatpim di Kabupaten Kulon Progo. Lima kabupaten itu adalah Kotawaringin Timur (Kalteng), Lamongan (Jawa Timur) Kabupaten Paser (Kalimantan Timur), Kabupaten Puncak (Provinsi Papua), serta Kabupaten Sumba Barat (Provinsi NTT).
Diklatpim Tingkat IV Angkatan 195 Tahun 2018 yang juga diikuti dari Kenenristek Dikt inii, selama beberapa hari berada di Kulon Progo dalam rangkaian Benchmarking to best practice.
Menurut Muhammad Sulung yang menjadi ketua rombongan, kunjungan ke Kulon Progo untuk mengadopsi dan mengadaptasi program-program Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Sebab, dalam beberapa dekade ini, sejumlah program Bupati Kulon Progo dinilai sangat baik untuk diadopsi serta diimplementasikan terlebih oleh para peserta Diklatpim.
“Para peserta diharapkan dapat mengadopsi dan mengaplikasikan inovasi yang ada di Kabupaten Kulon Progo di Dinas dan OPD masing-masing. Apalagi setelah melalui kajian teknis, selama 5 tahun ini Kulon Progo mendapat WTP terus-menerus. Banyak program serta inovasi khususnya pemberdayaan masyarakat, sehingga kemiskinan makin tahun makin menurun,” kata Muh Sulung.
Beberapa hari di Kulonprogo ke 38 peserta Diklatpim ini, akan mengunjungi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Dinas Pertanian dan Pangan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulon Progo.
Bupati Hasto Wardoyo, saat menyambut kedatangan delegasi lima kabupaten ke Kulon Progo menjelaskan kondisi Kulon Progo sebelum beliau menjabat dan kondisi saat ini. Dokter Hasto menyampaikan jika sebelumnya, kabupaten yang dipimpinnya tidak pernah WTP. Namun saat ini sudah lima tahun berturut-turut mendapat opini WTP dari BPK.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sebelumnya sekitar Rp. 64 miliar juga naik menjadi Rp. 260 miliar. APBD Kulon Progo dari sebelumnya sekitar Rp 600 miliar sekarang Rp 1 triliun lebih. Investasi dahulu sekitar Rp. 100 miliar/ tahun pada tahun 2017 sebesar Rp. 5 triliun. Rumah Sakit Umum Daerah dahulu tidak ada dokter bius sekarang 3 (tiga) dokter anestesi. RSUD dulu hanya 1 RSUD, dua RSUD.
Perubahan di Kulon Progo, tambah Hasto Wardoyo, yang paling penting dimulai dari merubah pola pikir. Itu juga diakui para peserta. Sebab, menurut penelitian, PAD semua kabupaten tidak pernah naik dalam jangka waktu yang lama, jika tidak ada inovasi. Tidak sekadar inovasi, bahkan revolusi yang dimulai dari merubah pola pikir.(yad)