Ia seorang dalang dengan penonton yang berlimpah. Namanya Ki Bagas Giyanto. Dalang dengan gagrak Jogjakarta ini, disebut-sebut memiliki ontowecono yang mirip dengan dalang kesayangan masyarakat Kulon Progo, Ki Hadi Sugito.
Tapi sebagai dalang, Ki Bagas justru menemukan bakatnya di Jakarta. Ia menjadi bagian dari masyarakat Jawa yang selalu memadati pertunjukan wayang di mana pun di Jakarta dan kota-kota sekitarnya. Lalu, ia tertarik, mempelajarinya dan serius menekuni dunia pakeliran.
“Aura masyarakat Jawa di Jakarta itu berbeda kalau nonton wayang. Kalau di daerah, selesai limbukan, atau paling pol selesai goro-goro, sudah pada pulang. Tapi di sini, sampai byar baru meninggalkan arena pertunjukan,” kata Ki Bagas.
Lahir pada 31 Mei 1959, Ki Bagas merampungkan pendikannya dari SD hingga SMP di Panjatan, Kulon Progo. Lalu, memutuskan merantau ke Jakarta. Setelah lulus SMA, kuliah di YAI dan bekerja di Lippo Bank. Tapi sejak menjadi bankir, jiwa seni yang dipupuk dari Cerme, bersemi. Di sela-sela pekerjaannya yang membutuhkan kesungguhan, Bagas Giyanto mengurai penat dengan belajar karawitan. Lalu, ikut latihan ketoprak.
Dari tahun 1990, Bagas Giyanto sudah mulai ikut ketoprakan. Saat itu, ia bergabung dengan Sanggar Sari Laras. Sepanjang tiga tahun, hingga 1993, main ketoprak seperti menjadi oase di antara kesibukannya sebagai pegawai bank.
Selanjutnya, setelah menimba pengalaman menjadi pemain ketoprak mulai dari dapukan bolo dupak hingga pemeran utama, Ki Bagas Giyanto mulai belajar ndalang. Masuk Sanggar Cempoko Krido Budoyo di Cempaka Baru Jakarta Pusat, ia hanya butuh waktu satu tahun untuk belajar.
“Dulu waktu kecil memang suka nonton wayang. Saya juga selalu kagum setiap mendengar guru SMP nembang mocopat. Tapi di Cerme itu kan gunung, tidak berani keluar rumah kalau malam. Jadinya, baru setelah di Jakarta, bisa belajar kesenian,” kenangnya.
Setahun setelah belajar ndalang, atau tepatnya tahun 1995, Giyanto mulai berkiprah sebagai dalang. Pertama, dengang ikut berlaga dalam lomba pedalangan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Dan, mendapatkan juara. Tahun berikutnya, pada malam tahun baru 1996, Ki Bagas Giyanto untuk pertama kalinya, pentas semalam suntuk di Taman Mini.
Sejak pentas pertama, namanya mulai dikenal sehingga undangan mendalang terus berdatangan. Tidak hanya di Jakarta, tapi juga di Jawa Tengah, Jawa Tiur, Jogjakarta, serta Sumatera. Bersama itu, setiap lima tahun sekali, dalam hajatan Festival Dalang yang digelar Pepadi Pusat, selalu mendapat tropi juara.
Pemilik nama asli Giyanto ini, mendapat tambahan nama Bagas darai guru dalangnya. “Ditjen Kebudayaan memberi nama Duto Carito. Dari Trah Hamengku Buwono saya diberi nama Cermo Wiguno,” kata dalang yang jika ditulis lengkap, namanya menjadi Ki Bagas Giyanto Duto Carito Cermo Wiguno.
Sementara sehari-hari, jika sedang tidak ada tanggapan wayang, Pak Bagas banyak dipercaya banyak WO untuk menjadi MC yang mencondro pengantin.(kib)