Siti Maryam Relakan Rumahnya jadi PAUD Demi Bangun Karakter Anak di Bekasi

oleh -106 Dilihat
oleh

Ini dia Taman Kanak-kanak Zaid bin Tsabit, sekolah yang mengemas model pendidikan secara berbeda.

Lewat pendidikan dini berintegrasi dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Penitipan Anak (TPA), Siti Maryam ikut membangun karakter anak-anak di Kota Bekasi. Pendidikan berbasis Islam itu, mulai dari Taman Pendidikan al Quran (TPQ), Madrasah Diniyat Takmiliyah Awaliyah (DTA) hingga majelis taklim.

Dirintis bersama berdirinya Yayasan Uulin Nuhaa tahun 1998, banyak lulusan yang dihasilkan TK Zaid bin Tsabit. Sedang Yayasan Uulin Nuhaa, diambil sesuai dinamika yang berkembang ketika itu,  dimaksudkan sebagai pembaharuan dari model pendidikan yang dikenal selama ini.

Secara formal, pendidikannya berlangsung sejak tahun 2004, berawal dari semangat untuk memberdayakan anak-anak dari keluarga kurang mampu. Proses pendidikan dan pengajaran berlangsung di ruang tamu. Seiring dengan kebutuhan kelas dan sarana lain, dikembangkan bangunan yang dapat dimanfaatkan untuk ruang kelas.

“Rumah ini memang sengaja diperuntukkan bagi anak-anak kurang mampu menimba ilmu,” kata Siti Maryam, pendiri dan perintis sekolah bagi anak-anak kurang mampu di lingkungan rumahnya.

Dari beranda rumah dan ruang tamu, pembangunan terus berlangsung, lantai dua masih dalam proses penyelesaian. Diharapkan dalam waktu tidak terlalu lama ruang kelas yang dibutuhkan dapat disediakan. Yayasan juga mengembangkan kelas jauh sehingga diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada anak-anak yang lebih luas.

Yayasan Uulin Nuhaa menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal. Ke depan Yayasan Uulin Nuhaa berharap dapat mengembangkan pendidikan lebih luas lagi semisal pendidikan formal di tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau Sekolah Dasar Islam (SDI) dan pondok pesantren. Namun hal itu disesuaikan dengan kebutuhan dan dinamika yang berkembang di masyarakatnya.

Pendidikan di yayasan ini memadukan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama dan Yayasan Uulin Nuhaa. Perpaduan itu dimaksudkan untuk memperkaya khasanah ilmu anak-anak dalam menghadapi masa depan.  Dengan demikian anak-anak akan mampu berkembang sesuai dengan tuntutan dan tantangan zamannya.

Selama ini kesan di masyarakat pendidikan prasekolah mahal, anak dari keluarga kurang mampu tidak dapat memperoleh persiapan sebelum memasuki pendidikan formal di SD.  Akibatnya mereka sering tertinggal dibandingkan anak-anak dari keluarga yang dapat mempersiapkan diri di sekolah.

Saat yang sama untuk lebih memperkenalkan  lembaga pendidikan nonformal kepada masyarakat. “Menghadapi masa penerimaan siswa baru kami mencoba memperkenalkan lembaga pendidikan alternatif dengan biaya relatif murah,” papar Siti Maryam Salim, SpdI sebagai pendiri yayasan.

Pendidikan murah dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat kebanyakan memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya. Selama ini pendidikan prasekolah dikenal masyarakat sangat mahal sehingga menyulitkan orangtua mempersiapkan putra-putrinya ke jenjang pendidikan dasar.

“Murah tapi tidak berarti murahan,” ujarnya sambil menambahkan meski biaya yang ditetapkan tergolong murah dibandingkan lembaga pendidikan sejenis namun tetap menjaga mutu lulusan yang dihasilkan. Selain itu memberikan kesempatan luas kepada anak-anak untuk berekspresi sesuai bakat, kemampuan dan minatnya.

Mulai tahun ajaran baru 2010-2011 pihaknya menambah sarana dan prasarana. Selain menambah muatan pelajaran ekstra kurikuler di antaranya kesenian marawis dan drum band. Semua itu diharapkan memberikan kesempatan terbaik bagi anak-anak untuk memasuki jenjang pendidikan sekolah yang lebih tinggi.

“Kami melakukan berbagai terobosan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat, terutama masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu,” paparnya sambil menambahkan untuk keperluan itu diberlakukan subsidi silang.

Membuka kelas baru dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak mengikuti pendidikan di Taman Kanak-kanak. Dengan demikian anak-anak memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan prasekolah. Selanjutnya anak-anak mendapat bekal untuk menempuh pendidikan di sekolah yang sesungguhnya.

Tahun 2015 membuka kelas bagi kaum dhuafa dengan membayar setiap hari. Tidak dengan uang, tapi dengan membawa sampah yang dapat didaur ulang. Selain daur ulang sampah, masyarakat memperoleh kesempatan untuk mengikuti pelatihan membuat kerajinan dari sampah rumah tangga. (mg)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.