5 Maret 2018. Hari ini, Benyamin Sueb, Bang Ben, Bang Benyamin, si Pengki, tokoh dan seniman Betawi terkemuka itu berulangtahun. Ia lahir pada 5 Maret 1939, jadi kalau masih hidup usianya 79 tahun.
Begitulah. Benyamin yang hari-hari ini namanya kembali dibicarakan, karena Hanung Bramantyo membuat film daur ulang berjudul Benyamin Biang Kerok, meninggal di usia 56 tahun pada 5 September 1995.
Dalam rentang usia setengah abad, Benyamin Sueb tampil sebagai sosok kebanggaan orang Betawi. Dia seperti menjadi personifikasi rakyat Betawi. Mulai dari gayanya di panggung, cara bicara, serta segala yang melekat pada dirinya.
Tapi di balik sosok Benyamin yang mewakiliki etnis Betawi, ada sisi yang tidak banyak diketahui publik bahwa Bang Ben bisa juga disebut sebagai orang Purworejo. Sebab, ternyata ia memang bukan asli Betawi melainkan blasteran Jawa-Betawi.
Ayah Benyamin adalah orang Jawa. Tepatnya Jawa Tengah, karena lahir di Purworejo. Namanya Sukirman yang oleh mertuanya dipopulerkan dengan nama panggilan Sueb. Panggilan itu merujuk pada lidah orang Betawi tempo dulu yang kesulitan mengeja nama orang Jawa.
Sukirman yang bukan orang Betawi, merantau dari Porworejo, untuk melanjutkan sekolah. Melihat latar pendidikannya yang lulusan Hollandsche Inlandsche Scholen (HIS), jelaslah Sukirman bukan orang biasa-biasa saja.
Sebelum bekerja di bengkel peralatan kereta api di Manggarai, Sukirman pernah menjadi tentara Belanda. Dari sanalah, anak muda dari Purworejo itu, bertemu dengan Siti Aisyah, wanita cantik, putri pendekar Kemayoran Haji Un atau yang orang Betawi lafalkannya Jiung.
Jiung sangat identik dengan Kemayoran. Nama aslinya Rofiun. Sepulang dari tanah suci, panggilannya Haji Un yang semakin lama pengucapan panggilan itu berubah menjadi Jiung. Selain dikenal sebagai pendekar Kemayoran, Jiung adalah juragan tanah yang terpandang.
Sukirman sangat beruntung, karena akhirnya bisa menikah dengan putri Jiung yang dalam pernikahan itu, lahir sembilan anak. Benyamin adalah si bungsu yang tak banyak mengenal sosok Sukirman, karena sang ayah meninggal saat Bang Ben berusia dua tahun.
Nama Sueb di belakang nama Benyamin, sejatinya berasal dari nama Sukirman. Haji Rofiun atau Jiung, seperti umumnya orang Betawi selalu kesulitan mengucapkan nama Sukirman yang sangat Jawa sehingga menyebut nama menantunya itu Suaeb. Sebutan yang kemudian populer dan menyebar di seluruh Kemayoran sampai pada akhirnya, nama Sukirman terlupakan dengan sendirinya.
Tidak hanya kalah populer dengan nama Suaeb, nama Sukirman hilang karena meninggal jauh saat Benyamin masih balita. Itu pula yang membuat jejak Sukirman yang asli Purworejo ikut hilang. Semua sudah kepaten obor, sehingga anak-anak Benyamin S pun tak mengenalinya.
“Yang kita tahu engkong bernama Suaeb, kita malah tidak tahu kalau dari Purworejo,” kata Biem Benyamin, salah seorang putra Benyamin S yang kini sukses menjadi seorang politisi.
Tapi itulah Benyamin Suaeb. Sebagai tokoh Betawi yang keturunan Purworejo, Benyamin Sukirman meninggalkan banyak warisan pencapaian. Sepanjang hidupnya, 75 album dibuat dengan 53 film dibintangi. Pada tahun 1973, Bang Ben terpilih sebagai penerima Piala Citra lewat film Intan Berduri. Dua tahun kemudian, ia kembali mendapatkan Piala Citra melalui film berjudul Si Doel Anak Modern. (kib)