Home / MAF / Semua Sekolah di Kokap, Siap Wujudkan Tradisi Minum Rempah Merah
Kepala SMA 1 Kokap, Vipti Retna Nugraheni saat menyampaikan sambutan.

Semua Sekolah di Kokap, Siap Wujudkan Tradisi Minum Rempah Merah

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kokap menjadi lokasi dialog bertema Tradisi Minum Rempah Merah. Ini merupakan, dialog lanjutan dari rangkaian panjang membangun tradisi ngunjuk rempah merah yang pernah menjadi budaya masyarakat di Kulon Progo di masa lampau.

“Bakor PKP menetapkan SMA Negeri I Kokap menjadi tempat penyelenggaraan Dialog Tradisi Minum Rempah Merah adalah sebuah peristiwa yang kami sangat yakin akan menjadi sebuah peristiwa yang sangat bersejarah. Kami berterimakasih sekali kepada Pak Agus dari Bakor PKP,”  ungkap Vipti Retna Nugraheni, M.Pd, Kepala SMA Negeri I Kokap saat menyampaikan sambutan pembukaan pada acara Dialog Tradisi Minum Rempah Merah, Senin, 24 Juni 2019.

Tampak hadir pejabat Pemkab Kulon Progo dalam acara ini adalah Drs. Warsidi, M.Si, Camat Kecamatan Kokap, Budi Hartono, S.Si, M.Si, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Kabupaten Kulon Progo dan Suharno, Koordinator Pengawas SMP, mewakili Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo.

“Setelah kami mendapatkan penjelasan dari Pak Agus Triantara selaku penggagas, Tradisi Minum Rempah Merah (Tradisi MRM), ternyata merupakan sebuah kemasan kegiatan, yang di dalamnya mengusung banyak tujuan. Yaitu untuk berdiskusi, menampilkan budaya seni dan penguatan budi pekerti. Kegiatan ini tentu sangat seiring dengan misi yang diemban oleh Pak Budi Hartono selaku Kepala Kantor Kesbangpol dan Pak Camat yang bertanggung jawab terhadap gerak pembangunan di Kecamatan Kokap. Sehingga dengan terlaksananya tradisi ini, kami yakin Kecamatan Kokap akan semakin maju setara bahkan lebih tinggi dari kecamatan lain,”  lanjut Vipti.

Agus Triantara, Sekum Bakor PKP saat menyampaikan paparan tentang MRM.

Lebih lanjut Vipti menjelaskan bahwa spirit di balik gagasan Tradisi MRM sangat relevan dengan mimpi besar SMA Negeri 1 Kokap. Dari sekolah yang sangat sederhana, tetapi memiliki tekad untuk mengantarkan siswa-siswanya meraih prestasi kabupaten, provinsi bahkan nasional.  Dan kini telah terbukti. Oleh karenanya SMA Negeri 1 Kokap berkomitmen untuk mendukung Tradisi ini agar suatu saat nanti bisa menjadi tradisi khas Indonesia seperti tradisi minum tehnya orang Jepang.

“Tradisi MRM sudah dilaunching pertama kali di Desa Hargorejo, pada 21 Desember 2018. Sebagai tindak lanjut, kita akan launching kembali di kecamatan, agar semua desa di Kokap lebih mudah untuk menduplikasi. Saya berharap minuman Rempah Merah bisa menjadi minuman utama yang tersaji dalam setiap pertemuan di seluruh Kecamatan Kokap. Bahkan harapan saya, bisa menjadi minuman utama di Kulon Progo. Kalau batik gebleg renteng bisa, kenapa Rempah Merah  tidak bisa?”  ungkap Warsidi, Camat Kokap mengawali sambutannya.

Sementara itu, Suharno, Koordinator Pengawas SMP, mewakili Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo mengaku memaksakan diri hadir dalam acara ini, karena melihat bahwa gagasan dari kawan-kawan Bakor PKP ini sangat mulia. Seperti diketahui bahwa NKRI ini dibangun berdasarkan rembug bareng-bareng. Dan bukan hanya  dirembug oleh sekelompok orang, suku atau agama tertentu, melainkan oleh berbagai utusan lintas organisasi, lintas generasi, lintas etnis, agama dsb. Mayoritas masyarakat Indonesia adalah Islam.

“Namun berkat rembug tadi, telah disepakati oleh para pendiri negara bahwa ideologi pemersatu bangsa ini adalah Pancasila, bukan panji-panji Islam. Pancasila adalah titik temu dari berbagai keragaman, berbagai perbedaan dan kepentingan. Artinya dengan ditetapkannya Pancasila sebagai ideologi bangsa tersebut, para pendiri negara bersepakat bahwa Indonesia adalah negara kebangsaan. Bukan negara agama. Di sinilah benang merah yang sempat kami lihat antara Tradisi MRM dengan sejarah perjuangan bangsa. Sebuah budaya yang akan melestarikan budaya rembug di tingkat desa,” ungkapnya.

Tradisi MRM, tambahnya, akan menjadi sebuah sarana (tradisi budaya) guna membuka cakrawala kebangsaan, melestarikan nilai-nilai luhur bangsa, dan tidak hanya dapat diselenggarakan di dalam keluarga, tetapi juga dalam masyarakat, lembaga pemerintah,  dan swasta. “Dari Kokap ini mari semangat menata kembali kehidupan berdesa, berbangsa dan bernegara, kita suarakan secara nasional,”  ungkap Budi Hartono dalam sambutannya.

Sebelum membuka acara, Suharno, Koordinator Pengawas SMP Dikpora, Kabupaten Kulon Progo, menyampaikan permohonan maaf Drs. Sumarsana, M.Si Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kulon Progo karena tidak bisa menghadiri acara tersebut.

“Minum teh, kopi, jahe, dan sebagainya itu sudah biasa. Nama Rempah Merah akan menjadi daya tarik tersendiri karena orang yang belum pernah kenal akan penasaran. Dari nama tersebut, kami dapat menangkap makna adanya semangat yang ingin digaungkan dalam kegiatan ini,” katanya.

Dalam kehidupan era sosmed yang semakin dinamis dan penuh tantangan ini, menjadi penting bagi kita untuk saling bersinergi membangun tekad dan semangat, selalu hati-hati dan waspada, jangan lengah. Makna dari hangatnya rempah adalah agar semangat selalu tergugah.

“Pesan dari Bapak Kepala Dikpora, harus ada persepsi yang bulat terhadap Tradisi MRM, apalagi ada rencana untuk digaungkan secara nasional, maka perlu dirumuskan panduan-panduan. Sehingga tidak terjadi salah persepsi.  Selanjutnya, Bapak Kepala Dinas mendukung terhadap gerakan ini, dapat disosialisasikan ke SMP-SMP, dan tetap dijaga agar tidak keluar dari jalur yang ada,” pungkasnya. (agt)

About redaksi

Check Also

Iki Loh Swasono nek Isuk-isuk Mlaku Nang Mbantul

Isuk tansah iseh adem. Srengenge durong ngetoke raine. dadi suasana iseh ketok peteng.  Ning, aku …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *