Melu Kenduri Cinta, Rasane Koyo Nonton Wayang

oleh -431 Dilihat
oleh

Malam bergerak menuju jam 10. Plaza Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat, bertambah riuh.

Di depan panggung kecil yang sederhana, semua duduk lesehan. Tikar memang sudah digelar panitia sejak sore. Dan, sudah terisi penuh sehingga sebagian lagi, berdiri dan meluber di sekitaran taman TIM. Tertip, guyup, tekun mendengar paparan para pembicara.

Kiai Nun atau Mbah Nun atau Cak Nun atau Emha Ainun Najib, tokoh sentral Kenduri Cinta, belum naik panggung hingga jam 10. Tapi semua jama’ah setia menanti Kiai sekaligus budayawan dan begawan kondang itu. Suasana tambah gayeng karena beberapa seniman dan penyanyi bergiliran mengisi acara.

Menyapu seluruh pelataran TIM, rasanya kok suasana Kenduri Cinta selalu sama; gayeng seperti nonton wayangan, lengkap dengan para pedagang makanan dadakan.

Lihat saja tukang kacang yang terus ubet membuat conthong untuk pembelinya. Terlihat cekatan dan gumbira dagangannya laris. Ia tidak sendirian, karena berjejer dengannya tukang kacang yang lain sama larisnya.

Lalu, tiba-tiba datang anak muda bercelana Jean dipotong sedengkul, menawarkan kopi. Tinggal dua gelas plastik, dari sebelumnya senampan penuh. Dari penjual kopi keliling, melemparkan pandangan ke agak minggir, penjual-penjual makanan, minuman, kopi saset, berjajar, memanjang.

Oke. Suasana semakin mat-matan, ondrowinan yang nyampleng. Terlihat di sisi kiri panggung, di antara kerumunan jama’ah penjual kopiah yang khas. Ini bukan kopiah pada umumnya yang full hitam atau putih. Ini kopiah perpaduan putih dengan warnah merah di atas kepala. Kopiah yang biasa dipakai Mbah Nun di banyak kesempatan. Kopiah ini, seperti menjadi identitas jama’ah Emha Ainun Najib.(kib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.