Api Cinta (47): Kayak Guru Kesenian saja, Ndakik-dakik Berteori

oleh -221 Dilihat
oleh

“Beda, seni dan seniman,” tambahnya menirukan guru kesenian yang mengajar di kelas. Tidak boleh digebyah-uyah.  Seni itu luhur dan indah. Semua mata dapat memandang keindahan seni. Semua bangsa mengetahui keindahan yang sama.

Keindahan bentuk bagian dari seni. Keindahan pemandangan bagian dari seni. Tulisan yang indah juga seni. Berbicara yang indah bahkan menjadi bagian dari kehidupan berkesenian. Berbeda dengan seniman. Orang yang berkecimpung dalam dunia seni, seharusnya mengutamanan keindahan.

Bisa saja keindahan lahiriyah, juga sangat mungkin keindahan batiniyah. Sangat mungkin penampilan seniman awut-awutan tapi memiliki keindahan dari sudut yang lain. Demikian halnya dengan seniman yang lebih mementingkan nilai-nilai batin maka penampilan fisiknya diabaikan.

“Nyak nyok ngerti wae,” Paidi berseloroh. Kayak guru kesenian saja, dakik-dakik berteori tentang seni dan keindahan. Bukan seni dan kesenian yang menjadi perhatian banyak teman di kelas. Guru kesenian yang sering didhapuk menjadi Gathut Kaca di pentas wayang orang memang menarik bagi siapa saja. Penampilannya yang gagah berani, tinggi tegap dan kumis tebal beneran.

Bukan kumis tempelan seperti banyak dilakukan pemain wayang orang. Guru kesenian yang seperti Gathut Kaca sering gandrung. Apalagi ketika di kelas, suaranya yang lantang memukau banyak orang. Tidak terkecuali Mirah dan teman-teman sekelasnya yang mulai beranjak remaja.  Seumuran Mirah memang tengah mencari idola, di tengah kehidupan yang serba baru. Kehidupan remaja yang membutuhkan dukungan dalam banyak hal. Termasuk masalah-masalah anak muda. Menjadi kecenderungan umum di masyarakat luas yang terus berubah dan bergerak.

Gathut Kaca yang dalam dunia nyata menjadi mempesona. Dunia wayang yang dibangun dari angan-angan menjadi lebih membumi. Gathut Kaca yang sesungguhnya seorang guru kesenian juga memiliki pesona. Terlebih bagi anak-anak perempuan di kelas. Membayangkan Gathut Kaca benar-benar ada dalam dunia ini. Dunia nyata yang sesungguhnya berbeda dengan dunia panggung. Setidaknya menghadirkan Gathut Kaca dalam kehidupan di dunia ini melalui sifatnya yang ksatria. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.