Siti Maryam Lengkapi Pemberkasan di KPUD Kota Bekasi

oleh -708 Dilihat
oleh

Siti Maryam masih sibuk pemberkasan di KPUD Kota Bekasi. Selain pemberkasan untuk dirinya. Maryam juga membereskan berkas berkas teman separti.

“Pengurus mempercayakan kepada saya karena yang lain sibuk dengan berbagai aktivitasnya,” kata ibu yang sangat enerjik ini.

Buat pengalaman, lanjutnya, selama ini mengurus taklim sekatang mengurys partai. Intinya sama mengurus orang banyak untuk kemaslahatan bersama. “Saya senang di KPUD karena ada kenangan manis di masa kecil, SD saya di tempat ini. Saya bermain di sini,” terangnya.

Jarak KPUD ke rumah di masa kecil hanya sepenggalah. Dulu sebelum banyak orang seperti sekarang, kelihatan karena hanya dibatasi jalan raya saja. “Mudah mudahan ada berkah memberkahi, Inshaallah,” katanya sambil berharap kenangan masa sekolah dasar semoga menjadi pemicu untuk perjuangan ke depan.

Sebagai wanita kelahiran Bekasi, Siti Maryam  termotivasi untuk ikut membangun Kota Bekasi. Selama ini, ia juga sudah mulai meritis wilayah perjuangannya melakui dunia pendidikan. Selama ini, dunianya, tidak pernah jauh dari bangku sekolah. Benar. Siti Maryam memang seolah sudah disiapkan untuk membantu mencerdaskan masyarakatnya.  Ia sudah mengajar sejak masa remaja, sejak masih duduk di bangku madrasah tsanawiyah.

Menjadi pengajar memang cita-cita kecilnya. Maka sejak belia, ia sudah berlatih mengajar anak-anak, membaca dan menulis Al Quran. Menginjak madrasah aliyah mengajar majelis taklim di kampung-kampung. Setamat pendidikan tinggi, kegemaran mengajar tetap melekat hingga kini.

Selepas sekolah dasar (SD) tahun 1982, Muhammad Salim, orangtuanya mengantarkan ke Pendidikan Islam El Nur El Kasysyaf (PINK) Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Masuk pesantren tidak langsung diterima, harus mengikuti pelajaran tambahan setahun untuk menyelaraskan ilmu SD dan madrasah. Baru tahun kedua resmi diterima sebagai santri.

Selama di pesantren hingga menamatkan pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Shalahuddin Al Ayyubi (Inisa) di kampus yang sama. Maryam terus mengajar hingga menjalani rumah tangga, bahkan ketika kedua anaknya berangkat remaja dan dewasa. Belajar dan mengajar  sudah menyatu menjadi jiwa yang tidak terpisahkan. “Belajar itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat, dari sejak lahir hingga akhir hayat,” katanya setiap kali menyampaikan mauidhoh hasanah dalam setiap taklim yang dilakukan.

Selain mengajar klasikal, belajar di kelas di sekolah formal dan informal. Mengajar juga di masyarakat, di masjid, mushala dan majelis taklim. Lebih dari itu mengajar di masyarakat melalui taushiyah, menjadi daiyah hingga ke pelosok kampung.

Aktivitasnya yang setumpuk masih ditambah mengurus organisasi di lingkungan pendidikan. Himpunan PAUD Indonesia (Himpaudi), Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTK), Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (AGPAI). Di organisasi kemasyarakatan menjadi pengurus Muslimat Nahdlatul Ulama, Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT). Di organisasi politik menjadi pengurus Perempuan Partai  Kebangkitan Bangsa (PPKB).

Pendidikan sudah menjadi nafas sehingga di manapun berada belajar dan mengajar tidak dapat dipisahkan. Dalam pandangannya pendidikan merupakan inti kehidupan manusia di dunia. Melalui pendidikan orang memiliki jatidiri, membangun karakter dan menjadikan manusia seutuhnya. Manusia yang sesuai fitrahnya sebagai khalifah fil ardh, manusia yang mengemban amanah menjadi pemimpin di dunia.

Ketika memasuki usia 40 di tahun 2010, makin memantapkan pendidikan dan dakwah jadi pilihan hidup. Lembaga pendidikan yang dibangun 15 tahun  terakhir menjadi tempat berkiprah, menyiapkan generasi yang lebih baik. Terlebih bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, pendidikan murah tidak berarti murahan. (mg)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.