Rahasia Baratayuda Bocor karena Pembicaraan Para Dewa Disadap

oleh -13 Dilihat
oleh

Sidang para dewa berlangsung tegang. Sebab, satu demi satu nama para ksatria ditentukan hidup dan matinya. Hari itu, dewata tengah menulis lakon Baratayuda yang menggemparkan. Lalu, memilih satu demi satu ksatria Pandawa yang akan menjadi lawan bala Kurawa. Inilah lakon paling menentukan jalannya Baratayuda.

Oleh Ki Bawang
Dalang tanpa  Wayang

Semua sudah tertulis. Tinggal dua nama yang sedang dibahas. Dari pihak Kurawa, nama itu adalah Baladewa. Para dewa hanya tinggal menentukan siapa lawan yang akan dihadapi oleh Baladewa ya Kakrasana itu. Tapi apa yang terjadi? Tinta dewa tumpah oleh ulah lebah putih yang tiba-tiba menghampur. Batallah kisah Baladewa maju perang. Padahal juru tulis kadewatan sudah siap membubuhkan nama yang akan menjadi lawan sang Kakrasana.

Mengapa, tiba-tiba saja tinta milik para dewa tumpah diterjang lebah putih? Inilah yang terjadi. Lebah putih itu adalah jelmaan Sri Batara Kresna, raja negeri Ndwarawati yang menyadap pembicaraan dewa-dewa yang sedang bersidang. Semua isi pembicaraan telah diketahui, sehingga Kresna mendengar secara persis siapa saja yang akan mati dalam Baratayuda.

Kresna dalam bentuk lebah putih sengaja menumpahkan tinta, agar para dewa gagal mempertemukan Baladewa dengan Antareja. Kresna tahu, kakaknya itu akan mati jika harus berhadapan dengan anak Bima yang sakti itu. Ia tidak ingin, kakaknya ikut menjadi tumbal perang Baratayuda yang bengis.

Begitulah. Setelah menumpahkan tinta milik kadewatan, lebah putih menjelma menjadi Sri Kresna. Para dewa hanya tertegun melihat penulisan Kitab Baratayuda yang diberi nama Kitab Jitapsara itu ternyata disadap. “Baiklah Kresna, engkau boleh mengetahui isi rahasia Baratayuda ini, tapi kelak, serahkan pusaka Kembang Wijayakusuma.”

Keputusan itu diambil Batara Guru karena memang tidak ada pilihan. Kresna telanjur menyadap pembicaraan dan tulisan rahasia Baratayuda. Sebagai gantinya, Kresna harus menyerahkan pusaka yang bisa menghidupkan orang mati itu.

Lakon di awal tertulisnya perang Baratayuda yang menggiriskan ini, menjadi lakon popular karena memang menarik. Saya menuliskannya untuk memotret fenomena penyadapan yang selalu ramai dibicarakan publik.

Tentulah, tidak ada niat dalam tulisan ini, untuk membenarkannya. Sebab, dalam pewayangan, Kresna sengaja menyadap pembicaraan para dewa, demi keselarasan. Paling tidak demi kemenangan Pandawa melawan keserakahan Kurawa yang secara tidak sah menduduki tahta Astina, yang semestinya sudah dikembalikan kepada Pandawa.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.