Pusara KRAA Poerbonegoro-1: Wingit

oleh -871 Dilihat
oleh

Dari pendopo Kabupaten Ambal yang penuh aura metafisika, perjalanan kami lanjutkan ke pusara Bupati Poerbonegoro.

Saya dan Ki Setyo Budi, meninggalkan area bekas pendopo kabupaten dengan perasaan lega. Sebab, perjalanan akan makin lengkap dengan sowan ke cungkup ageng, tempat peristirahatan terakhir Kanjeng Raden Adipati Haryo (KRAH) Poerbonegoro.

Memasuki kawasan pemakaman Bupati Ambal, yang segera terlihat adalah cungkup yang megah. Cungkup adalah rumah yang menjadi atap pusara (biasanya) orang-orang besar atau tokoh-tokoh keramat. Bentuk cungkup itu limasan, tapi pintu depannya ada di sisi kiri menghadap jalanan.

Di depan pintu masuk cungkup, berdiri papan nama yang kokoh. Bertulis Makam KRAA Poerbonegoro. Di sana tertulis sebagai Bupati Ambal dari tahun 1830 hingga 1871. Tulisan wafat pada 7 Maret 1871 dan kasowak pada 17 Maret 1872.

Memasuki kawasan keramat ini, terasa benar, suasana yang sinup. Angker yang membuat hati mengkerut. Secara kasat mata, memang biasa-biasa saja, seperti umumnya tempat lain di kawasan Ambal yang rimbun dengan pepohonan. Tapi dilihat darai mata batin, ada aura mistik yang sangat kuat.

Bupati Poerbanegara merupakan satu-satunya penguasa Kabupaten Ambal. Ia mulai memimpin daerah di pesisir selatan Jawa itu,  di tengah kecamuk Perang Jawa yang dikobarkan Pangeran Diponegoro. Ada yang menyebut, mulai bertahta di Kabupaten Ambal tahun 1828 tapi di makamnya tertulis 1830.

Akhir kekuasaannya adalah tahun 1872. Tapi setahun sebelumnya KRAH Poerbonegoro sudah wafat. Jejak karirnya sebagai pemimpin, sudah terlihat sejak masih tinggal di Mataram, sebelum akhirnya menepi ke wilayah Kedu. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.