PMI DIY Kirim 38 Relawan ke Latgab SIBAT PMI Tingkat Nasional

oleh -29 Dilihat
oleh
Ketua PMI DIY, GBPH Prabukusumo berfoto bersama para relawan PMI DIY yang mengikuti Peningkatan Kapasitas dan Latihan Gabungan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Latgab SIBAT) Palang Merah Indonesia Tingkat Nasional III.

Jogjakarta, KABARNO — Palang Merah Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PMI DIY) menerjunkan 38 orang relawan dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas dan Latihan Gabungan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Latgab SIBAT Palang Merah Indonesia Tingkat Nasional III yang berlangsung di Pantai Kali Ratu, Pantai Pandan Kuning, dan Waduk Sempor, Kebumen, Jawa Tengah, dari tanggal 23 -27 September 2024.

“PMI DIY mengirimkan 38 orang untuk mengikuti kegiatan terdiri dari PMI Kota Yogyakarta sejumlah 9 orang, PMI Kabupaten Sleman sejumlah 10 orang, PMI Kabupaten Kulon Progo sejumlah 5 orang, PMI Kabupaten Gunungkidul 2 orang, dan PMI DIY sejumlah 7 orang,” terang GBPH Prabukusumo, Ketua PMI DIY dalam siaran persnya yang diterima Rabu,  25 September 2024 .

Latgab SIBAT adalah ajang untuk berbagi pengetahuan, keterampilan, dan inovasi-inovasi program-program berkelanjutan yang dilaksanakan oleh PMI.

Selain mendukung implementasi strategi adaptasi perubahan iklim, PMI dalam mendorong program penghijauan dan pelestarian lingkungan hidup, latgab ini juga bertujuan membangun pusat unggulan program dan layanan PMI terkait dengan pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim, serta membangun jejaring koalisi dan advokasi untuk menuju masyarakat tangguh bencana.

GBPH Prabukusumo menjelaskan, PMI Kabupaten dan Kota yang mengikuti kegiatan latgab masing-masing memiliki keunggulan dalam program-program yang dikembangkan, mulai dari upaya pengembangan ketahanan pangan di wilayah perkotaan hingga pengembangan radio komunikasi berbasis masyarakat di kawasan perbukitan menoreh.

“Sibat PMI Kota Yogyakarta mengembangkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan kosong atau pekarangan rumah di perkotaan. Sementara PMI Kabupaten Sleman mengembangkan program pengurangan risiko bencana berbasis keluarga. Sedangkan, PMI Kabupaten Kulon Progo fokus pada pengembangan radio komunikasi berbasis komunitas di daerah perbukitan menoreh. PMI Kabupaten Gunungkidul menitikberatkan pada pengembangan program pengelolaan sampah organik dan anorganik, budidaya magot, dan eco enzym, serta zero waste untuk pengelolaan sampah,” urainya.

Sementara itu, Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI DIY, Dr. Arif Rianto Budinugroho menyampaikan bahwa program-program berbasis masyarakat di PMI DIY sudah sejak pasca gempa bumi tahun 2006 yang dihelat oleh Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah melalui program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat di 5 PMI Kabupaten dan Kota.

“Program-program berbasis masyarakat sudah diinisasi sejak 2006 di antaranya pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat, community based health and first aid, sekolah siaga bencana dilanjutkan dengan penguatan kapasitas masyarakat untuk penanganan Covid-19 dan program kesiapsiagaan bencana, pertolongan pertama, dan Covid-19 pada komunitas dan siswa sekolah,” ungkapnya.

Arif Rianto mengapresiasi semangat Sibat untuk berbagai kisah sukses di daerahnya bersama dengan Sibat-Sibat seluruh Indonesia. Peserta sejumlah 2000 orang terdiri atas SIBAT dari program yang didukung oleh PMI Pusat, desa penerima manfaat program-program pemberdayaan masyarakat yang didukung oleh PMI Pusat dan Mitra Gerakan, SIBAT yang merupakan inisiasi dari PMI Provinsi atau Kabupaten/Kota, perwakilan pemerintah dari wilayah kabupaten/kota/desa/kalurahan yang diundang khusus oleh PMI, dan perwakilan dari Palang Merah Negara lain maupun organisasi/lembaga di luar PMI.

““Semoga bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat sesuai dengan tema sinergitas dalam Membangun Ketangguhan Iklim,” katanya.

Berbagai kegiatan dalam latgab di antaranya pertolongan pertama, aksi antisipasi berbasis prakiraan, latgab instalasi pengolahan air minum berbasis rumah tangga secara mandi, water rescue, survailans berbasis masyarakat, membangun keluarga KUAT, bantuan non-tunai, vulnerability and capacity assessment, early warning system banjir dan longsor, manajemen ambulans, pengolahan air bersih, masyarakat aman tangguh bencana (MANTAB), advokasi dan diplomasi, manajemen pengadaan, dapur umum, water, sanitation, and hygiene (WASH), hunian dan darurat dan pergudangan, integrasi pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan desa, citizen journalisme,  penanganan kebakaran hutan dan lahan, manajemen jenazah, retrofitting, penanaman pohon, dan juga simulasi.(wuri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.