Belajar Lugu dari Kadilangu-2: Kesetiaannya, Mengalahkan Tubuhnya

oleh -141 Dilihat
oleh

Saat mentas, menuju tepian sungai, Sunan Bonang kembali menghilang. Tapi Lokajaya sudah tidak mencari. Ia segera bersemadi. Persis di depan tongkat milik Sunan Bonang. Ia berjanji untuk tidak meninggalkan tongkat itu, apapun yang terjadi.

Dan, benar. Lokajaya menjalani semadi panjang, tanpa pernah bisa dibangunkan. Tubuhnya mulai berlumut. Ganggang, perdu, serta segala tanaman merambat, telah menjadikan tubuhnya tempat hidup.

Bertahun-tahun, Raden Mas Said bertapa. Kesetiaannya, mengalahkan tubuhnya yang mengering. Tubuh itu, nyaris tak dikenali lagi, saat Kanjeng Sunan Bonang, menghampirinya, pada tahun ketiga pertapaannya.

“Sudah ngger. Engkau pantas disebut jagakali. Namamu, sekarang Kalijaga.” Usai sudah pendadaran tahap pertama. Raden Mas Said yang kini berjuluk Kalijaga, dibawa ke padepokan, ditatar ilmu keislaman – sampai kemudian dilantik menjadi Sunan Kalijaga.

Tentang nama Kalijaga, yang diambil dari persemadiannya di pinggir kali sehingga disebut penjaga kali, memang masih banyak yang mendebat. Terutama, masyarakat Cirebon, meyakini nama Kalijaga berasal dari sebuah dusun di Cirebon, tempat sunan muda ini, bersyiar mendampingi Sunan Gunungjati. Namun pendapat lain mengatakan, Kalijaga berasal dari qadli dzaqa, merunut perannya sebagai penghulu Kasultanan Demak.

Mengabdi sebagai wali penopang kejayaan Demak, sesungguhnya bukan hal baru. Setidaknya, sebagai bangsawan Tuban, ia memiliki darah  ningrat Majapahit. Meski Ranggawale, leluhurnya itu, kemudian dianggap sebagai pemberontak Majapahit. Hidup di tengah senjakala Majapahit, keluarga sang ayah, sudah mengenal Islam.

Banyak peran dipegang, saat ikut membesarkan Demak. Banyak pula tinggalan, yang terus dilestarikan, bahkan hingga kini. Berdakwah lewat pendekatan kebudayaan, Sunan Kalijaga dikenal, sebagai pencipta kesenian yang langgeng. Tembang Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul adalah ciptaannya.

Baju takwa serta Sekatenan juga warisannya. Seni pedalangan, ikut pula mendapat sentuhan Njeng sunang. Lakon Dewa Ruci, Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu dicipta penuh dengan ajaran Islam.  (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.