ACI-15: Ada Soundtrack Mengejek di Depan Pasar

oleh -120 Dilihat
oleh

Malam sudah bertambah gairah. Misteri datang bergelombang di antara gelap, dingin, serta hangat jemari gadis berseragam SMA yang makin merapat. Indrajit menghitung, dalam 20 langkah, akan sampai di pasar yang sudah pasti banyak anak-anak nongkrong.  Ia sedang mencari cara menyamarkan diri.

Indrajit benar-benar kudu menyaru. Apalagi setelah pasar, ada protelon yang menjadi favorit anak-anak kampungnya, menghabiskan malam. Mereka akan riuh-rendah menyorakinya jika tahu, jalan kaki malam-malam bersama seorang wanita.

Tapi langkahnya terserimpung suara merdu sebelum kakinya benar-benar berada di depan pasar. Saat itu, mereka sedang berada persis di timur toko milik Pak Sastro. Dari dalam toko yang persis di sudut barat pertigaan depan pasar itu, mengalir syair yang sangat ia hafal: My Frist Love.

“Kamu tahu itu lagu siapa?” Edan, mengapa tiba-tiba saja, anak SMA yang sampai berjam-jam tak ia kenal namanya itu, juga mendengar My Frist Love. Jangan-jangan, fikiran kami pun sedang berada dalam situasi yang sama. Indrajit takut membayangkan itu benar-benar terjadi, karena terus-terang, ia merasa My Frist Love menjadi sountrack mengejek, malam itu.

“Nikka Costa,” berkata lirih, Indrajit menyebut penyanyi anak-anak yang sangat legendaris itu. Ia berkata sepelan mungkin, sebab sambil meredakan gemetar. Bersama itu, terang neon di depan pasar sudah menyorot langkah mereka. Indrajit berusaha melepas jemari gadis yang anehnya lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia dalam bercakap.

“Leluhur yang sudah beristirahat, pinjami aku kekuatan melewati jalanan yang engkau bangun ini.” Indrajit menarik nafas diam-diam, begitu mereka tepat depan pasar. Berusaha tenang, kepalanya dibenamkan lebih dalam ke topi yang ia kenakan.

Depan pasar aman dilalui, tapi Indrajit  tak yakin dengan protelon yang selalu ramai. Ia kembali membatinkan mantra kepada para leluhurnya. Tapi ajaib. Ternyata bayangan buruk yang menghantuinya, tak terjadi. Di pertigaan sebelum kakinya bergegas belok ke utara, hanya ada satu orang. Mbah Harso yang tak begitu awas dengan bleger Indrajit.

Dua tempat tongkrongan anak-anak Jombokarto sukses dilewati. Tapi masih ada yang jauh lebih menggiriskan, karena Indrajit akan segera menyusuri tempat-tempat seram. Ini seram dalam arti yang sesungguhnya. Apalagi di hari yang mendekati tengah malam. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.