Temuan Antraks di Gunungkidul, Pemda DIY : Ada Indikasi Antraks, Segera Laporkan

oleh -429 Dilihat

Kulon Progo, KABARNO.com : Kasus antraks kembali ditemukan di wilayah Gunungkidul, DIY. Yakni di Kalurahan Bohol dan Petir (Kapanewon Rongkop), serta Kalurahan Tileng (Kapanewon Girisubo).

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Syam Arjayanti menjelaskan kasus kematian ternak telah terjadi sejak 15 Februari hingga 27 Maret 2025, dengan total kematian sebanyak 23 ekor sapi dan tiga ekor kambing.

Hasil pengujian laboratorium di Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates menunjukkan ternak yang mati terkonfirmasi positif antraks.

Sebagai tindak lanjut, telah dilakukan disinfeksi kandang dan lingkungan, penyuntikan antibiotik profilaksis, serta pemberian obat dan vitamin kepada ternak yang berada di zona merah, yaitu Kalurahan Bohol dan Tileng.

“Kita sudah mengadakan KIE, kemudian disinfektan kandang. Pengobatan dengan antibiotik dan pemberian vitamin di zona merah yaitu di Kalurahan Bohol dan Kalurahan Tileng,” tandas Syam Arjayanti, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY ditemui usai menghadiri wiwitan panen raya padi di Bulak Rowo Jembangan Sembung Gulurejo Lendah Kulon Progo, Kamis (10/4/2025).

 

“Pelaksanaan KIE terutama tentang pelaporan, pelaporan kasus karena di masyarakat itu masih seringkali menyembunyikan menyembunyikan kasus karena takutnya kan harga ternaknya turun. Kemudian pelarangan pemotongan atau penjualan ternak mati dan melakukan vaksinasi ternak,” imbuhnya.

 

Selain di Kapanewon terdampak langsung Girisubo dan Rongkop, vaksinasi antrak untuk meningkatkan kekebalan pada ternak juga dilakukam di wilayah kapanewon lain yang pernah dilaporkan adanya kasus antrak.

 

“Jadi tidak hanya di dua kecamatan itu tetapi juga kita mulai menyisir kembali lokasi-lokasi yang dulu pernah ditemukan antrak ya. Sehingga harapannya ternak itu akan kebal,” tuturnya.

 

Terkait jumlah vaksin sendiri untuk pencegahan antraks saat ini sangat mencukupi.

 

“Jadi di kita sendiri di di provinsi juga tersedia, masih tersedia tetapi di Kabupaten Gunung Kidul kemarin sudah kita informasikan itu sudah mencukupi,” imbuhnya.

 

Pengawasan lalu lintas ternak juga diperketat, agar tidak ada ternak berpotensi antraks yang keluar wilayah.

 

“Kemudian kita melakukan pengawasan lalu lintas ternak ya supaya apa lokasi itu tidak ada ternak yang keluar gitu kan. Kemudian karena ini menjelang Idul Adha kita juga melakukan monitoring pengawasan ternak di penampungan-penampungan ternak,” katanya lagi.

 

Edukasi ke masyarakat terkait bahaya mengkonsumsi daging ternak yang mati mendadak juga terus dilakukan agar kasus serupa tidak kembali terulang.

 

“Dan untuk penjualan bangkai ternak ya kalau di wilayah itu kan masih ada ya kebiasaan untuk memotong dan membagikan. Itu yang kita selalu mensosialisasikan ke sana supaya untuk hewan itu kalau sudah mati ya sudah di dikubur dengan SOP-nya antraks,” lanjuta Syam.

 

Dijelaskan Syam, penelusuran epidemiologi juga terus dilakukan untuk mendata kasus-kasus baru atau kasus yang belum terlaporkan.

 

Syam menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan kewaspadaan antraks. Masyarakat seharusnya tidak menyembunyikan jika ada dugaan kasus, namun sebaliknya harus segera melaporkan agar ada penanganan dan kasus tidak menyebar.

 

“Zona Merah itu sudah sudah dilakukan pengawasan dan diantisipasi dari BBVET Wates dan juga Kabupaten Gunung Kidul di lokasi. Dan memang yang diharapkan kesadaran masyarakat. Itu yang terus-menerus kita sosialisasikan ya. Harus nya begitu ada apa itu namanya ternak yang terindikasi terkena antrak kan segera dilaporkan. Iya kan ini kayak ditutup-tutupi gitu sama masyarakat kan harusnya itu supaya tidak ada penyebarannya karena kan zoonosis ini ke manusia juga bisa menyebar. sehingga sosialisasi dan kita penyadaran kepada masyarakat itu terus-menerus kita lakukan. Tidak hanya di Kabupaten Gunung Kidul, di kabupaten lain pun juga harus kita mulai antisipasi juga supaya tidak menyebar ke daerah lain atau kabupaten lain,” pungkas Syam Arjayanti. (Wur)