Siti Chusnul Aslamijah binti Moh Djauhari nama lengkapnya. Ibu Aslamiyah orang mengenalnya. Bu As masyarakat memanggilnya.
Agustus lalu genap berusia 89 tahun, perjalanan panjang seorang anak manusia. Usia diatasi rata-rata umat Rasulullah Muhammad SAW. Perjalanan hidup hampir seabad, tentu banyak tantangan yang membutuhkan perjuangan. Membesarkan putra-putri, ngesuhi putro wayah sekaligus menyatukan cucu dan cicit.
Menjadi panutan di masyarakat sekaligus teladan bagi generasi muda yang masih akan meneruskan perjalanan hidup dan perjuangan. Sekolah Guru Putri (SGP) menjadi bekal untuk menjadi pendidik dengan jabatan terakhir sebagai kepala sekolah.
“Saya guru sekolah dasar, berbeda dengan guru taman kanak-kanak yang membutuhkan kesabaran,” katanya.
Menjadi guru menurut eyang putri begitu beliau disapa membutuhkan kesungguhan. Tanggung jawab besar untuk mencerdaskan anak-anak negeri. Bukan pekerjaan sembarangan, juga bukan pekerjaan mudah. Akan tetapi pekerjaan mulia yang pahalanya mengalir sebagai jariyah.
Bangsa yang maju memperhatikan pendidikan dan gurunya. Jepang maju karena menginvestasikan banyak di bidang pendidikan. Bom atom menghancurkan Jepang, namun kini Jepang maju menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Kuncinya pendidikan. Kaisar Jepang menyaksikan bangsanya hancur langsung memerintahkan untuk menginventarisir berapa guru yang masih tersisa.
Jepang merestorasi melalui pendidikannya. Dalam waktu tidak terlalu lama Jepang bangkit, maju dan berjaya. Bu As menyadari benar pendidikan untuk generasi mendatang. Pendidikanlah yang akan mampu mengantarkan sukses di masa depan.(tom)