Membedakan Keris Tempa & Keris Cor

oleh -1281 Dilihat
oleh

Sebilah tombak yang terlihat sakral, menjadi bahan diskusi menarik. Tema utama adalah menerawang proses pembuatannya: proses cor aau tempa.

‘’Mohon wedaran dari poro sepuh, wabil  khusus dari Ki Setyo, dalam mendeteksi pusaka anara asli dan palsu. Aapakah tombah ini dari karya cor, plat drum, dan pamor bukan hasil tempa lipat. Selanjutnya jenis pamor jarot asem atau kupu tarung,’’ kalimat itu disampaikan Ki Tas Mono memulai diskusi.

Mendeteki sebilah keris, memang tidak mudah. Termasuk membedakan keris yang dibuat lewat proses tempa, atau cor. Dibutuhkan seorang yang waskita, berpengalaman, serta mumpunyi dalam soal pengetahuan keris. Itu, jika ingin mendapatkan hasil deteksi yang teruji.

Sebetulnya, menurut Ki Setyo Budi, paling afdol dalam menentukan apakah keris itu asli tempa atau bukan, dengan melihat dan menyentuh langsung. Tapi sementara ahli, bisa menebak, hanya dengan melihat materialnya. “Lebih yakin lagi coba diminyakin dengan minyak keris. Apakah  akan terlihat meresap atau tidak,” ungkap ahli keris dari Perkumpulan Tosan Aji Brajabumi.

Selama ini, ada sementara kalangan yang sering menyebut bahwa keris atau tombak yang dihasilkan lewat proses cor sering dikonotasikan keris palsu. “Berdosakah atau salahkah jika memiliki keris yang demikian itu, bukankah teknik cor juga sudah ada jauh sebelum abad pertengahan,” kata Ki Beta bertanya.

Senada dengan Ki Beta, bagi Ki Sugeng Winarto, seni cor juga dikenal sejak lampau. “Jadi yakinkah kita bahwa para leluhur hanya mengenal seni tempa lipat saja? Memang, itu yang banyak diterapkan pada bilah keris atau pusaka. Tapi seni cor besi logam bukankah sudah ada sejak jaman dahulu kala? Bahkan era kuno, era  kerajaan tua, atau bahkan sebelumnya,” ungkap Ki Sugeng.

Sebetulnya, jawab Ki Setyo, tidak ada yang salah dengan keris dengan proses cor. Hanya saja, sebagai pecinta tosan aji mengedepankan dan meyakini bahwa dalam pakem disebut bahwa keris diantaranya adalah dengan ditempa secara berulang ulang. “Keris cor, bisa masuk katagori jimatan,” tegasnya.

Tapi sudah pasti, tanpa ada niat mndskreditkan hasil karya seorang empu, soal keris cor dan keris tempa, hanya soal selera. Juga sekadar memudahkan penamaan saja. Selebihnya, tergantung pemahaman masing-masing.

Sementara itu, menurut Ki Haryadi, semua karena tekniknya.Jika pusaka ya diolah dan diproses dengan spiritual tinggi sehingga setiap karya itu tidak akan ada yang sama persis. “Namun jika dengan tehnik cor maka bisa dibuat banyak dan pamor dikeris cor hanya pamor yang nempel karena diukir trus dituang bahan pamor sehingga bisa diproduksi banyak,” tutur Ki Haryadi.(kib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.