Pasar Jombokan, pagi ini ramai seperti biasa. Keriuhan pedangan, suara nyang-nyangan, adu keras menawarkan dagangan, atau suara kendaraan di depan pasar yang berlalu-lalang. Tidak ada yang berbeda, seperti hari-hari biasa.
Tapi tidak bagi Maskus. Ada yang tidak biasa di Pasar Jombokan, hari ini. Sebab, ia menjadi saksi sekaligus pelaku sejarah, menyatunya dua pasar legendaris di Desa Tawangsari: Pasar Jombokan yang sudah ada sejak era kolonial dan Pasar Siluwok di sisi jalan nasional yang juga tak kalah tua.
Jadi begitulah. Hari itu, 29 Desember 2016. Ratusan pedagang Pasar Siluwok, Tawangsari, Pengasih tidak berjualan. Mereka berkumpul di pasar untuk hajatan paling bersejarah: pindah tempat, bergabung dengan Pasar Jombokan.
Ada haru, campuran antara sedih dan gembira. Sedih karena sudah puluhan tahun pasar kecil di pinggir jalan yang menghubungkan Purworejo-Wates itu, menghidupi mereka. Tapi di antara kesedihan itu ada rasa gembira, karena akan pindah ke Pasar Jombokan yang lebih ramai.
Pemindahan Pasar Siluwok, bukan tanpa alasan. Sebab, selama ini, pasar selalu kebanjiran jika hujan. Lalu, pasar yang menempati lahan milik warga Siluwok, memang harus dipindah karena lahannya mau dipakai oleh pemiliknya.
Dan, tidak seperti umumnya relokasi pasar yang menimbulkan dampak sosial, boyongan Pasar Siluwok justru menjadi karnaval rakyat yang menggembirakan semua orang. Iring-iringan pedagang yang pindahan, menjadi acara budaya. Apalagi, ada atraksi jatilan yang membuat suasana semakin semarak.
“Tidak ada yang perlu disesali, pindahan pasar kala itu sengaja dibuat meriah, karena memang kita ingin menyambut masa depan. Ada jatilan, ada arak-arakan, semua bergembira,” kata Maskus, mengenang peristiwa setahun lalu.
Maskus benar. Sebagai tokoh masyarakat Jombokan, ia merasakan perubahan positif dari penyatuan dua pasar tua yang menjadi sentra perekonomian masyarakat itu. Sebab, dengan disatukannya Pasar Siluwok dengan Pasar Jombokan, kondisi pasar semakin ramai. Apalagi, dibuat kebijakan oleh Pemkab Kulon Progo, Pasar Jombokan buka setiap hari sampai sore.
“Lebih maju. Kalau selama ini hanya buka Pon dan Kliwon, sekaran buka setiap hari. Roda perekonomian masyarakat semakin berputar cepat,” jelas Maskus yang dikenal sebagai salah seorang penggiat perdagangan di pasar tua yang menjadi nadi perekonomian masyarakat itu.(kmg)
TakTerasa sudah satu tahun penggabungan pasar pasari Siluwok ke Pasar Jombokan