Mendekati akhir bulan Syawal, ditandai wargi Dukuh Ngrandu, Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo, dengan tradisi Baritan. Inilah upacara adat yang masih lestari sebagai warisan para leluhur dari masa lampau.
Baritan di Dukuh Ngrandu, biasanya dilaksanakan dengan meriah. Tapi tahun ini, terlihat lebih sederhana. Itu, diakui oleh Dukuh Ngrandu, di sela-sela acara Baritan di lapangan pedukuhan, Akhad sore, 8 Juli 2018, kemarin.
“Wah biasanipun gayeng mas, diwontenakan hiburan hiburan kadosto Jatilan, tari-tarian, soho dipungkasi gelar wayang kulit. Namung ing tahun puniko dipun wontenaken kanti prasojo,” kata Pak Dukuh.
Meski digelar sederhana, tata adat Baritan tidak ditinggalkan. Sebelum dilaksanakan genduri di malam puncak, para warga sudah mengawali dengan ndalu tirakatan ketika semua warga melakukan tahli kirim doa para leluhur, cikal-bakal pedukuhan yang bernama Kiai Jogo Suro. Setelah itu, dilanjutkan sholawat al barjanji dan sholawat nabi.
Menurut Dani Pristiawan, Kepala Desa Salamrejo, Baritan di Dusun Ngrandu, sudah dilaksanakan setiap tahun. Tradisi ini dipercaya oleh masyarakat Ngrandu untuk ngluwari nadzar, maka Baritan sengaja diuri-uri dengan diagendakan saben tahun.
Warga yang ingin ngluwari nadzar biasanya menyajikan ingkungan dan nasi untuk kenduri dan disantap bersama-sama di arena kenduri. Warga yang lain juga membawa makanan untuk dibagikan serta dibawa pulang. “Inilah bentuk lain dari ujut syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberi rezeki dan kesehatan bagi warga Ngrandu dan sekitarnya,” demikian kata Dani Pristiawan, Kepala Desa Salamrejo Kecamatan Sentolo. (yad)