Masyarakat Gresik, memiliki strategi menghadapi musim kemarau. Mereka mengembangkan sumur bor sebagai alternatif mendapatkan air guna mengairi sawahnya di Desa Cangaan, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Cara strategis yang bisa dilakukan semua lapisang masyarakat itu, disampaikan oleh salah seorang warga desa bernama Suliaman. Lalu dicata oleh Ivanowick Saputra dan diteruskan kepada Ketua Tim Pakar Kemendes Haryono Suyono.
Prakarsa membuat dan mengelola sumur bor semuanya berasal dari masyarakat sehingga sumur bor yang dibuat menjadi milik warga. Karena itu dengan kesepakatan masyarakat sumur bor itu dijadikan sarana guna memperoleh air sebagai solusi mengatasi kekurangan air pada musin kemarau. Melalui prakarsa tersebut produksi pertanian di musim kemarau relatif stabil karnea kebutuhan air untuk mengairi ladang di desanya dapat terpenuhi
Desa Cangaan yang memiliki penduduk sekitar 2.849 jiwa umumnya terdiri dari masyrakat petani. Penduduk desa ini tidak memiliki pengairan yang baik sehingga mengandalkan pengairan dari sumber air hujan dan pada musim kemarau hanya mengandalkan air yang berasal dari embung desa. Karena itu pada musin kemarau penduduk makin kesulitan air mengairi sawah miliknya, sehingga produksi pertanian merosot pada musim kemarau.
Embung desa yang ada tidak mencukupi untuk mengairi sawah yang relatip lebih luas. Namun, embung yang hanya seluas 30 meter persegi tidak memadai, apalagi selalu surut di musim kemarau. Petani harus merogoh 50 ribu hingga 100 ribu rupiah per hari guna mengairi lahan pertanian dari air sungai yang dipompa untuk mengairi sawah dengan pompa diesel. Oleh karena itu dalam Musrenbangdes tahun 2014 dan 2015 masalah ini menjadi topik pembahasan di kalangan pemimpin di desa.
Pengadaan sumur bor muncul sebagai usulan warga, tapi belum dapat diatasi karena pos pembiayaan desa terkuras untuk kegiatan prioritas pembangunan lainnya. Sebagai gantinya Gabungan Kelompok Tani berkonsultasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten mengajukan bantuan sumur bor melalui Gapoktan. Pertengahan 2015, desa menerima bantuan langsung dua pompa, tandon beserta pembangunannya. Sumur bor dibuat dan ditempatkan di blok Sekar dan Gempol. Malalui musyawarah seluruh warga dan tokoh dibahas pemanfaatan sumur bor itu.
Secara gotong royong diatur pengelola dan disepakati pembelian pipa untuk mengairi sawah. Dilakukan pula kesepakatan kerja sama dengan pemilik sumur bor swasta agar lebih banyak sawah dapat diairi melalui sumur bor. Melalui kedua kesepakatan tersebut luas sawah yang diairi bertambash dari 35 hektare menjadi 60 hektare. Karena itu panen meningkat dua kali dalam setahun, Disamping itu, kerukunan dan kekompakan masyarakat bertambah tinggi yang membawa peningkatan kesejahteraan bersama.(tom)