SNKP Safari Idul Fitri ke Sesepuh Kulon Progo di Jabodetabek

oleh -10 Dilihat
oleh

Akhad siang, sepekan setelah Idul Fitri, rombongan kecil dari Sahabat Ngopi Kulon Progo (SNKP) dan perwakilan Kulon Progo di Jabodetabek (KPDJ), bergerak ke kawasan Depok Jawa Barat. Inilah safari Lebaran yang akan terus dilakukan ke sejumlah tokoh Kulon Progo.

Safari Idul Fitri yang bertujuan nglanggengke pangapuro pada momentum royoyo, safari Idul Fitri sekaligus merajut silaturahmi. Ini memang baru bisa dilakukan seminggu setelah hari pertama Lebaran, sebab, menunggu beberapa konco pulang dari Kulon Progo.

Safari Idul Fitri dimulai dari Depok, dengan sowan ke ndalemnya Pak Sumarjono, yang merupakan tokoh Kulon Progo kelahiran Dusun Anjir, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon Kokap. “Kita sengaja mulai dari ndalemnya Pak Jono, karena beliau termasuk tokoh yang sangat peduli pada Kulon Progo. Semua kegiatan Sahabat Ngopi Kulon Progo, bisa terlaksana dengan sukses, karena campur tangan beliau,” jelas Mbah Yatno Alimonsa, yang baru pulang dari Pripih, Kokap.

Selain Mbahyatno, Safari Idul Fitri diikuti oleh Mbah Busro, Mbah Mulyadi, Pakde Kemijan, Pakde Su-kim, dan beberapa teman lain. Pak Jono yang juga baru kondur dari luar kota Depok, menyambut bersama Bu Jono.

Ramah-ramah mengalir dengan sangat gayeng, diselingi guyonan yang khas diceletukkan Mbah Yatno, sambil menyeruput es cingcau hasil kebun Pak Jono. Seperti biasa, setiap kali jagongan dilakukan oleh SNKP dan Pak Jono, selalu muncul ide-ide segar untuk kemajuan Kulon Progo. Termasuk yang berhubungan dengan kerja sosial seperti memberi santunan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Salah satu gagasan Pak Sumarjono yang di kalangan perantau Kulon Progo dikenal dengan sebutan NKS (Nami Kulo Sumarjono) adalah membuat Gerakan Semiliar Bhaksos dari Perantau. Gerakan ini merupakan bhakti sosial untuk kaum yang membutuhkan.

“Keinginan para perantau Kulon Progo memberikan santunan kepada masayrakat yang membutuhkan di kampung halaman, saya rasa sangat besear. Itu yang kita organisir, sehingga menjadi gerakan besar dari seluruh paguyuban, alumni, atau kelompok arisan,” jelas Pak Jono.

Benar. Jumlah paguyuban, alumni, atau kelompok arisan yang merupakaan perantau Kulon Progo di seluruh Jabodetabek, bisa lebih dari 100 organsiasi. Jika itu bisa dikoordinir dalam satu gerakan, akan menjadi gerakan yang sangat besar. Sehingga, ide membawa pulang uang satu miliar rupiah ke Kulon Progo, bukan hal yang mustahil.

“Momentum yang kita pakai Ramadhan atau Idul Fitri, jadi niat santunan menjadi terasa lebih mendalam maknanya,” tambah Sumarjono yang merupakan alumni SMA Negeri 1 Wates dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Seperti diketahui, di hari terakhir Ramadhan kemarin, Sahabat Ngopi Kulon Progo, juga menggelar santunan untuk lebih dari 100 orang yang membutuhkan. “Itu santunan yang sifatnya dadakan, tapi alhamdulillah bisa terkumpul dana 16 juta dalam dua hari untuk disalurkan ke 150an orang, terutama untuk kaum difabel,” tambah Mbah Yanto.

 

Setelah menggagas banyak ide, pas jam 12 siang, Bu Jono menghindangkan nasi goreng khas Thailand. Selesai makan siang, kemudian sholat berjamaah, rombongan melipir sedikit, sowan ke ndalemnya Pak Agus Riyanto yang langsung dijamu ketupat dan opor yang lezat, sebelum menu utama dihadirkan: tempe benguk.

“Ayo ini asli Kulon Progo. Saya khusus bawa satu koper isinya tempe benguk, naik pesawat dari Temon,” kata Pak Agus yang merupakan tokoh asli Plumbon dengan gapyak.

Dari Depok, Safari Idul Fitri SNKP diakhiri di rumah Pak Agus. Mbah Yatno melanjutkan perjalanan ke Serang, Banten, untuk bersyawalan dengan tokoh-tokoh Kulon Progo di provinsi paling barat pulau Jawa itu.(kib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.