Siti Maryam: Setiap Bertemu Cak Imin dapat Ilmu Politik

oleh -232 Dilihat
oleh

Menjadi kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Siti Maryam banyak mendapat pelajaran politik, dari Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar. Dalam sejumlah kesempatan bertemu, Cak Imin, juga memberi suport untuk ikut membangun Kota Bekasi.

Misalnya saja saat berlangsung buka puasa bersama di kediaman Cak Imin, akhir Ramadhan lalu, pelajaran yang dipetik dari politisi senior PKB itu, adalah strategi memikat hati masyarakat Kota Bekasi untuk memajukan PKB.

 

“Saya masih harus banyak belajar dari beliau,” kata  Siti Maryam, termasuk belajar bagaimana mendongkrak PKB Kota Bekasi untuk mengembalikan kejayaan partai Islam di tengah masyarakaat muslim.

Di banyak daerah, PKB mampu mendudukaan anggotanya sebagai DPRD, termasuk anggota DPRD dari kaum perempuan. “Beberapa kali bertemu Cak Imin, saya termotivasi untuk memajukan PKB Kota Bekasi. Saya akan berkhidmat di PKB, berpolitik sebagai ladang ibadah,” tegas Siti Maryam.

Belajar bagi Wakil Ketua Dewan Tanfidz DPC PKB Kota Bekasi ini, memang menjadi perhatian yang sangat serius. Sebab, Siti Maryam memang praktisi pendidikan yang memahami betul persoalan-persoalan belajar-mengajar. Bukan tanpa alasan, ia memilih menjadi pendidik sebagai karirnya. Latar belakangnya sebagai santriwati, juga membuatnya berkiprah di banyak majelis taklim.

Sudah sejak belia, ia sudah berlatih mengajar anak-anak, membaca dan menulis Al Quran. Menginjak madrasah aliyah mengajar majelis taklim di kampung-kampung. Setamat pendidikan tinggi, kegemaran mengajar tetap melekat hingga kini.

Selepas sekolah dasar (SD) tahun 1982, Muhammad Salim, orangtuanya mengantarkan ke Pendidikan Islam El Nur El Kasysyaf (PINK) Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Masuk pesantren tidak langsung diterima, harus mengikuti pelajaran tambahan setahun untuk menyelaraskan ilmu SD dan madrasah. Baru tahun kedua resmi diterima sebagai santri.

Selama di pesantren hingga menamatkan pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Shalahuddin Al Ayyubi (Inisa) di kampus yang sama. Maryam terus mengajar hingga menjalani rumah tangga, bahkan ketika kedua anaknya berangkat remaja dan dewasa. Belajar dan mengajar  sudah menyatu menjadi jiwa yang tidak terpisahkan.

“Belajar itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat, dari sejak lahir hingga akhir hayat. Jadi tidak ada alasan untuk meninggalkan belajar,” katanya setiap kali menyampaikan mauidhoh hasanah dalam setiap taklim yang dilakukan. (mg)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.