Siti Maryam Ikut Sambut Santri Ciamis yang Longmarch ke Jakarta

oleh -932 Dilihat
oleh

Kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyambut kedatangan santri Longmarch Ciamis ke Jakarta, Senin siang. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dijadwalkan menerima peserta longmarch di Kantor DPP PKB Jl Raden Saleh Jalarta Pusat.

Penyambutan dilakukan di Masjid Sunda Kelapa dengan seluruh DPW dan DPC hadir dalam saasana kegembiraan. Termasuk Siti Maryam yang datang dari Kota Bekasi bersama pengurus lain. Menurut Siti Maryam, berjalan kaki dari Ciamis sampai Jalarta membutuhkan kesungguhan.

“Longmarch membuktikan kesungguhan untuk mendukung Cak Imin dalam Pemilu mendatang,” kata Siti Maryam.

Untuk itu lanjutnya, semua kader harus bersungguh-sungguh membangun PKB di masa depan. “Kesungguhan itu harus diwujudkan dengan kerja nyata. Seperti yang dicontohkan oleh para santri Ciamis yang bersungguh-sungguh didasari niat tulus, berjalan kaki menepuh ratusan kilo menuju Jakarta,” ujarnya.

Siti Maryam adalah tokoh Bekasi yang mumpuni. Ia memiliki banyak pengalaman dengan wilayah pengabdian yang luas. Terutama di bidang pendidikan usia dini. Sebab, sudah sejak belia, Siti Maryam menggantungkan cita-citanya sebagai pengajar.

 

Benar. Siti Maryam memang sudah mengajar sejak masa remaja. Saat itu, ia masih duduk di bangku madrasah tsanawiyah.  Sejak belia, ia sudah berlatih mengajar anak-anak, membaca dan menulis Al Quran. Menginjak madrasah aliyah mengajar majelis taklim di kampung-kampung. Setamat pendidikan tinggi, kegemaran mengajar tetap melekat hingga kini.

Selepas sekolah dasar (SD) tahun 1982, Muhammad Salim, orangtuanya mengantarkan ke Pendidikan Islam El Nur El Kasysyaf (PINK) Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Masuk pesantren tidak langsung diterima, harus mengikuti pelajaran tambahan setahun untuk menyelaraskan ilmu SD dan madrasah. Baru tahun kedua resmi diterima sebagai santri.

Selama di pesantren hingga menamatkan pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Shalahuddin Al Ayyubi (Inisa) di kampus yang sama. Maryam terus mengajar hingga menjalani rumah tangga, bahkan ketika kedua anaknya berangkat remaja dan dewasa. Belajar dan mengajar  sudah menyatu menjadi jiwa yang tidak terpisahkan. “Belajar itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat, dari sejak lahir hingga akhir hayat,” katanya setiap kali menyampaikan mauidhoh hasanah dalam setiap taklim yang dilakukan.

Selain mengajar klasikal, belajar di kelas di sekolah formal dan informal. Mengajar juga di masyarakat, di masjid, mushala dan majelis taklim. Lebih dari itu mengajar di masyarakat melalui taushiyah, menjadi daiyah hingga ke pelosok kampung.

Aktivitasnya yang setumpuk masih ditambah mengurus organisasi di lingkungan pendidikan. Himpunan PAUD Indonesia (Himpaudi), Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTK), Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (AGPAI). Di organisasi kemasyarakatan menjadi pengurus Muslimat Nahdlatul Ulama, Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT). Di organisasi politik menjadi pengurus Perempuan Partai  Kebangkitan Bangsa (PPKB).

Pendidikan sudah menjadi nafas sehingga di manapun berada belajar dan mengajar tidak dapat dipisahkan. Dalam pandangannya pendidikan merupakan inti kehidupan manusia di dunia. Melalui pendidikan orang memiliki jatidiri, membangun karakter dan menjadikan manusia seutuhnya. Manusia yang sesuai fitrahnya sebagai khalifah fil ardh, manusia yang mengemban amanah menjadi pemimpin di dunia.

Ketika memasuki usia 40 di tahun 2010, makin memantapkan pendidikan dan dakwah jadi pilihan hidup. Lembaga pendidikan yang dibangun 15 tahun  terakhir menjadi tempat berkiprah, menyiapkan generasi yang lebih baik. Terlebih bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, pendidikan murah tidak berarti murahan. (MG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.