Siti Maryam mendatangi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat. Ini adalah kunjungan silaturahmi biasa, karena ia sebagai kader NU sekaligus Ketua Bidang Organisasi Muslimat NU Kota Bekasi, Jawa Barat.
Di kantor PBNU, Wakil Ketua Dewan Tanfidz DPC PKB Kota Bekasi bertemu dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo. Di depan Agus, Siti Maryam bertekad ikut memberantas korupsi.
Apalagi, sebagai Bacaleg PKB, Siti Maryam juga menyatakan komitmennya untuk anti korupsi ketika terpilih menjadi anggota dewan kelak. Komitmen itu, disampaikan secara tegas di depan Ketua KPK, Agus Rahardjo.
Pada pertemuan itu, Siti Maryam berkomitmen untuk ikut memperbaiki kondisi bangsa Indonesia dengan cara memberantas korupsi yang sudah menjadi penyakit kronis. “Saya akan perang terhadap koruptor karena mereka adalah musuh bersama,” katanya.
Korupsi menjadi biang masalah, mengakibatkan kemiskinan sehingga harus diberantas sampai ke akar akarnya. “Rasulullah Muhammad dalam haditsnya menjelaskan orang yang memberikan suap dan yang menerima sama sama masuk neraka,” tuturnya.
Komitmen Siti Maryam Salim, tentulah bukan kata-kata belaka. Selama ini, ia dikenal sebagai ustadzah dan pendidik. Dunianya, tidak pernah jauh dari bangku sekolah. Benar. Maryam memang sudah mengajar sejak masa remaja. Saat itu, ia masih duduk di bangku madrasah tsanawiyah.
Menjadi pengajar memang cita-cita kecilnya. Maka sejak belia, ia sudah berlatih mengajar anak-anak, membaca dan menulis Al Quran. Menginjak madrasah aliyah mengajar majelis taklim di kampung-kampung. Setamat pendidikan tinggi, kegemaran mengajar tetap melekat hingga kini.
Selepas sekolah dasar (SD) tahun 1982, Muhammad Salim, orangtuanya mengantarkan ke Pendidikan Islam El Nur El Kasysyaf (PINK) Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Masuk pesantren tidak langsung diterima, harus mengikuti pelajaran tambahan setahun untuk menyelaraskan ilmu SD dan madrasah. Baru tahun kedua resmi diterima sebagai santri.
Selama di pesantren hingga menamatkan pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Shalahuddin Al Ayyubi (Inisa) di kampus yang sama. Maryam terus mengajar hingga menjalani rumah tangga, bahkan ketika kedua anaknya berangkat remaja dan dewasa. Belajar dan mengajar sudah menyatu menjadi jiwa yang tidak terpisahkan.
Selain mengajar klasikal, belajar di kelas di sekolah formal dan informal. Mengajar juga di masyarakat, di masjid, mushala dan majelis taklim. Lebih dari itu mengajar di masyarakat melalui taushiyah, menjadi daiyah hingga ke pelosok kampung.
Aktivitasnya yang setumpuk masih ditambah mengurus organisasi di lingkungan pendidikan. Himpunan PAUD Indonesia (Himpaudi), Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTK), Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (AGPAI). Di organisasi kemasyarakatan menjadi pengurus Muslimat Nahdlatul Ulama, Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT). Di organisasi politik menjadi pengurus Perempuan Partai Kebangkitan Bangsa (PPKB) setelah diminta menjadi calon anggota legislatif mewakili PKB Kota Bekasi.
Ketika memasuki usia 40 di tahun 2010, makin memantapkan pendidikan dan dakwah jadi pilihan hidup. Lembaga pendidikan yang dibangun 15 tahun terakhir menjadi tempat berkiprah, menyiapkan generasi yang lebih baik. Terlebih bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, pendidikan murah tidak berarti murahan. (mg)
Insyaallah dg tekad,amanah,dan istiqomah yg mengiringi Allah akan permudah segala urusanya
Allah kabulkan apa yg mjd hajadnya.aamiin….
Sukses Ustzah Siti Mariyam S……