Seniman-seniman asli Kulon Progo yang ada di Bandung, baru saja menggelar pertunjukan Ketoprak Mbeling. Digelar dalam rangkaian HUT PT Dirgantara Indonesia (PT DI) ke-43, pementasan ini mengambil tempat di Gedung Auditorium PT DI, Bandung, Jawa Barat.
Sejumlah pejabat penting PT DI hadir. Sementara itu, di bangku undangan, terlihat pula Ketua Umum Badan Koordinasi Paguyuban Kulon Progo (Bakor PKP) H Agus Riyanto. Bersama pak Agus, ikut para pengurus Bakor seperti Ki Bagas Giyanto, dalang sekaligus Ketua Seksi Kesenian Bakor PKP, Pak Naryo dan Pak Agus Saharjo.
Kehadiran Ketua Umum dan Pengurus Bakor PKP adalah bagian dari dukungan kepada para pemain ketoprak. Apalagi, yang bertindak sebagai dalang atau sutradara pertunjukan ini, Ki Tukino Hadi Susilo juga pengurs Bakor PKP.
Lakon yang dipilih Suminten Koplak yang diadaptasi dari lakon populer Suminten Edan. Sepanjang hampir lima jam, pementasan menghadirkan suasana yang khas. Bagi masyarakat Jawa di kota Bandung, pertunjukan ketoprak gaya Mataraman ini, menjadi tontonan yang menarik. Jadilah, hampir semua bangku auditorium PT DI, terisi. Termasuk bangku tambahan bagi undangan khusus yang ditata persis di depan panggung.
Dari judul yang dipilih, tentu saja, ketoprak ini, tidak ketat sesuai pakem. Para pemain juga lebih banyak tampil secara santai. Dialog tidak melulu mengunakan bahasa ketoprak yang sulit dipahami. Adipati Trenggalek Broto Kusumo yang diperankan oleh Iswanto, juga sering memakai bahasa populer menggunakan bahasa Indonesia.
Sepertinya, Ki Tukino Hadi Susilo sebagai sutradara paham benar bahwa pertunjukannya, bukan ditonton oleh melulu orang Jawa. Pilihan menampilkan ketoprak mbeling terasa tepat, sehingga menjadi pementasan yang menghibur.
Ki Tukino menyebutkan bahwa semua serba dadakan. Tapi karena sudah biasa tampil, semua berjalan lancar. Selain biasa bermain ketoprak, para personil, memang memiliki bakat menjadi para pemeran.
“Beberapa pemain dan pengrawit berasal dari Kulon Progo. Tapi secara umum, ini adalah kelompok yang personilnya gabungan dari sejumlah tempat. Termasuk mahasiswa STSI Bandung,” jelas Ki Tukino yang asli Sentolo.(kib)
Dalang/Sutradara : Tukino Hadi susilo, Joko, S Penata gending : Andar kurniawan Koreografer : Joko. S, Bayono Ide cerita : iswanto. Kadipaten Trenggalek: Adpt. Broto kusumo : Bpk.Iswanto Patih setyo projo : prasojo Subroto : Supangadi Joko Taruni : Sugi Raharjo Tameng yudo : Sasongko Yodo negoro : suroso Jurit. : sudarno Gunung pegat :
Wrk. Suro bangsat : mas Joko Sutikno Joko gentho : Tukino Hadi susilo Poro murid : STSI, mardi, Bayu, Damar, Ajik Subroto palsu : Hermanto SEMAN Wrk. Seco darmo : Jiko Nyai seco darmo : Suli Suminten : Rosiana Seco guno : Woko Guno darmo : Sutrisno NGAMPAL
Wrk. Suro menggolo : mas Bayono Cemplok Warsiah : Dwi susanti Pak cilik : Satia Tunggono: Parjan DAGELAN
Sodor Hadi sutrisno Wiwin Jurit/perang:
Sukisno Sutarko Sugiri Wardoyo Pengrawit Kendang:Andar K. Demung 1:Wahyu Demung 2:Narwan Saron1: Ranto Saron 2: Temon Saron 3:Hali suroso Peking:Gito Bonang brg: Parman Bonang pnr: Karno Slentem: Ratim Kenong : Surono Kempul : Tunjang Tam tam: Rinto Kybort 1: Giarto Kybort 2: suharno Sinden: ibu Purwanti Wirosworo: sujito Penyanyi 1: Rusiana Penyanyi 2: Dwi. S Penyanyi 3 : wiwin