Saya kembali mengunjungi Jogja. Tak pernah habis, rasanya mengobati kerinduan pada kota istimewa ini. Melihat lagi Jogja, menjadi pelepas cemas, setelah tadi sore dibuat ketar-ketir karena pesawat hanya berputar-putar di atas langit Jogja.
Saya mendarat di Adisucipto, bukan di Kulon Progo atau Solo. Segera saya bergegas turun. Berlari kecil karena rintik hujan datang. Setelah melepas penat sejenak, tiba-tiba kepengen menikmati wedangan rempah-rempah di Oase Taman Siswa sambil mendengarkan musik.
Setiap Jumat malam, pengunjung akan dihibur beberapa pemain gitar akustik yang juga jago menyanyi. Tempat yang nyaman untuk menghabiskan malam. Kebetulan malam itu belum penuh sehingga bisa memilih kursi bemo yang nyaman dengan pandangan langsung ke teras yang dijadikan panggung.
Salut kepada pemilik Oase yang kalau dikalkulasi mungkin tidak untung besar tapi karena menyukai musik jadi semua dijalani dengan bahagia. Makin malam pengunjung makin ramai dan lagunya makin beragam sesuai request. Tapi saying, kantuk seperti mengusir saya untuk secepatnya pamit pulang.
Pagi hari, agendanya ke pasar Beringharjo. Rencananya mau sarapan soto daging sekalian cari buku belajar gamelan atau karawitan buat anak-anak yang rutin berlatih di Sanggar Mahening Budhi Samigaluh.
Ya kali ini saya lagi tertarik memperhatikan beragam kaos yang semuanya senada menceritakan “Legend of Jogja”. Dari yang lima kaos seharga seratus ribu sampai yang satu kaosnya seharga diatas seratus ribu. Tentu ada harga ada kualitas.
Akhirnya dapat juga kaos untuk anak dan cucu dengan motif yang sama yaitu “Malioboro” kreasi dari Ngangkring. Tak terasa kaki telah melangkah jauh mendekati Malioboro Mall. Karena sudah keringetan saya putuskan masuk ke mall untuk ngadem sambil cari makan siang.
Belum juga menemukan tempat makan yang pas, belanjaan telah bertambah dengan kain motif sibori dan sepatu sneakers merah.
Dan, malam kembali menghampiri. Kali ini ingin nikmati Jogja di SILOL (kopi & eatery) Kotabaru yang menyajikan live music setiap malam mulai jam 20. Hampir mirip dengan Oase, namun SILOL tempatnya lebih besar dan bagus, bersebelahan dengan toko asesoris Motor Gede.
Dengan diiringi band yang pemain dan penyanyinya masih muda, beberapa lagu seperti Tolong – Budi Doremi, Cantik – Kahitna, Cinta kan membawamu kembali – Dewa 19, Manusia Biasa – Yovie Nuno, yang segera diikuti dendangan pengunjung.
Menunya bervariasi dan lumayan enak. Ada juga menu tradisional kesukaan yaitu piskopyor dan pisang goreng ndeso serta wedang uwuh. Bila ingin menghabiskan waktu sambil bersantai ndengerin musik, maka SILOL merupakan tempat yang cocok selain OASE. Saat pemain band beristirahat jam 21.30, saya pun undur diri untuk bermimpi.
Suasana bahagia di SILOL, menjadi pengantara istirahat yang menyanangkan. Jadinya, pada pagi berikutnya, bias menikmati Pakualaman sambil mencari sarapan pecel sekaligus mencari vitamin D gratis dari mentari pagi.
Dari kemarin tempat pecel madiun bu Dwi hanya dilewati saja. Sekarang saatnya mencicipi nasi pecel bu Dwi “asli” madiun yang disajikan dengan mlandingan dan kerupuk gendar.
Akhirnya sepiring nasi pecel dengan telur asin, tahu bacem dan segelas es teh melengkapi kenikmatan sarapan pagi, sebelum balik ke Jakarta. Dan, di saat mendung kembali membayang, Jogja harus ditinggalkan. Tapi yakinlah, langkah akan terayun untuk kembali.(*)