Pada masa lampau, laki-laki yang jatuh hati, kemudian ingin menyunting pujaannya, harus melewati beberapa tahapan. Jika memang sudah sangat serius, orangtua calon pengantin laki-laki, akan melayangkan lamaran. Namanya layang, yang datang adalah surat pemberitahuan untuk melamar.
Nanti, jika pihak perempuan setuju, surat itu akan dibalas dengan undangan secara resmi. Surat balasan itu berisi undangan untuk datang sekaligus membicarakan semua hal yang perlu disepakati.
Peningset disiapkan. Pihak laki-lagi membawa beberapa kebutuhan hidup yang disebut peningset. Umumnya ada anem jenis barang. Enam batik halus yang motif Lereng dengan perincian tiga berlatar hitam dan tiga lagi berlatar putih,
Selanjutnya ada enam potong bahan kebaya zijdelinnen dan voal. Warnanya boleh beragam. Lalu, enam selendang pelangi berbagai warna. Serta, yang utama, dua cincin dengan grafiti nama depan panggilan kedua calon pengantin.Semua barang-barang peningset ditata di atas nampan dalam kondisi tertutup.
Orangtua yang baru pertama kali menikahkan anak perempuannya, menyebut perkawinan itu sebagai mbuka kawah. Sedang jika yang dinikahkan anak bungsu, prosesinya disebut tumplak punjen.(bersambung)