Ratusan Truk Bantuan Kemanusiaan Logistik Menuju Gaza

oleh -124 Dilihat

Oleh : Sudadi 

Ratusan truk bantuan kemanusiaan mulai bergerak menuju Jalur Gaza sejak akhir pekan lalu, menandai fase baru setelah kesepakatan gencatan senjata sementara antara Israel dan kelompok Hamas. Pergerakan bantuan ini menjadi yang terbesar sejak konflik terakhir pecah, dengan fokus utama menyalurkan kebutuhan pokok bagi jutaan warga yang terpaksa mengungsi di wilayah selatan Gaza.

Menurut laporan Associated Press (AP), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut sekitar 170.000 metrik ton bantuan telah disiapkan di beberapa titik penyimpanan di Mesir dan Yordania. Bantuan tersebut terdiri dari bahan pangan, obat-obatan, perlengkapan medis, tenda, dan bahan bakar. Rencana semula menargetkan pengiriman antara 500 hingga 600 truk per hari, namun hingga pertengahan Oktober baru sebagian kecil yang berhasil masuk akibat kendala administratif dan keamanan.

Pintu utama perbatasan di Kerem Shalom dan Rafah menjadi jalur utama keluar-masuk logistik. Data dari kantor berita EFE menyebut sedikitnya 400 truk bantuan telah melewati pemeriksaan keamanan Israel dan melanjutkan perjalanan ke Gaza melalui Mesir. Truk-truk tersebut membawa beragam muatan: makanan siap saji, air minum, pasokan medis darurat, serta beberapa tanker berisi bahan bakar untuk rumah sakit dan fasilitas umum.

Peran Mesir sangat vital dalam operasi ini. Pemerintah di Kairo menjadi penghubung utama antara negara-negara donor, badan kemanusiaan internasional, dan otoritas Israel. Kota Al-Arish di Semenanjung Sinai berfungsi sebagai pusat konsolidasi—di sinilah ribuan ton bantuan dari berbagai negara dikumpulkan, diperiksa, dan dimasukkan ke dalam konvoi menuju perbatasan Rafah. Selain menyediakan jalur darat, Mesir juga berperan sebagai mediator politik yang memastikan kelancaran negosiasi izin lintas perbatasan.

Dari pihak PBB, badan-badan kemanusiaan seperti UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) dan WFP (World Food Programme) memimpin koordinasi distribusi setelah bantuan berhasil memasuki Gaza. UNRWA melaporkan bahwa mereka memiliki stok logistik cukup untuk mengisi sekitar 6.000 truk tambahan, tetapi belum dapat bergerak sepenuhnya karena akses yang masih terbatas. WFP menyiapkan pusat penyimpanan darurat untuk menampung bantuan pangan dan menjaga kestabilan pasokan di daerah yang paling terdampak.

Pemerintah Indonesia melalui BAZNAS Kirim 14 Truk Logistik 

Dukungan internasional juga datang dari berbagai arah. Pemerintah Indonesia melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) telah mengirim 14 truk logistik berisi 20.000 karton bahan kebutuhan dasar, yang dikirim lewat rute Ismailia – Al-Arish – Rafah. Konvoi ini merupakan bagian dari misi solidaritas kemanusiaan Indonesia yang berkoordinasi dengan otoritas Mesir dan badan kemanusiaan PBB.

Di sisi lain, peran Israel tetap menjadi faktor penentu dalam proses pengiriman bantuan. Semua truk yang melintas diwajibkan menjalani pemeriksaan ketat oleh pasukan keamanan Israel untuk memastikan tidak ada barang yang dinilai berisiko militer. Prosedur ini memakan waktu lama dan kerap menimbulkan antrean panjang di pintu lintasan. Pemerintah Israel berdalih bahwa langkah tersebut perlu dilakukan demi alasan keamanan nasional, namun sejumlah lembaga kemanusiaan menganggap proses ini memperlambat distribusi kepada warga sipil yang membutuhkan.

Hambatan lain juga muncul di dalam wilayah Gaza. Infrastruktur jalan banyak yang rusak akibat serangan sebelumnya, bahan bakar sangat terbatas, dan sistem distribusi internal tidak lagi berfungsi normal. Rumah sakit dan dapur umum beroperasi dengan sumber daya minimal, sementara ribuan keluarga masih bertahan di tempat pengungsian tanpa kepastian kapan bantuan berikutnya tiba.

Meskipun demikian, konvoi bantuan yang mulai bergerak sejak 12 Oktober 2025 dianggap sebagai titik terang setelah berbulan-bulan blokade ketat. Gelombang pertama truk yang berhasil masuk memberi harapan baru bagi jutaan pengungsi, terutama anak-anak dan lansia yang hidup di tengah krisis kemanusiaan terburuk dalam satu dekade terakhir.

Laporan dari Reuters mencatat bahwa PBB menargetkan peningkatan signifikan dalam pengiriman bantuan dalam pekan-pekan mendatang, seiring upaya diplomasi antara Mesir, Israel, dan komunitas internasional untuk memperpanjang gencatan senjata. Fokus utama bukan hanya pada pengiriman logistik, tetapi juga pada pembukaan koridor kemanusiaan yang aman bagi pekerja medis dan relawan di lapangan.

Meski tantangan masih besar, momentum kemanusiaan ini menjadi bukti nyata solidaritas global bagi rakyat Gaza. Bagi banyak relawan yang menunggu di perbatasan Rafah, setiap truk yang berhasil menyeberang bukan sekadar kendaraan logistik—tetapi simbol bahwa kemanusiaan belum padam di tengah reruntuhan perang. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.