Menyusuri Kali Progo dari arah utara, mari mlipir ke Mangir. Di tepi kali, inilah Desa Sendangsari. Di masa lalu, desa di wilayah Kecamatan Pajangan, Bantul itu, menjadi basis kekuasaan Ki Ageng Mangir.
Sejarah mencatat dusun ini, sesungguhnya sudah ada, sejak sangat lama. Peninggalan benda-benda kuno, yang ada di Mangiran, menunjukan desa ini merupakan wilayah yang berkembang sejak masa silam. Setidaknya ada tiga peninggalan arkeologi yang masih tersimpan: Batu Lumpang, Lembu Andini, serta Situs Linggayoni.
Sebelum dikenal sebagai wilayah kekuasaan Ki Ageng Mangir, desa ini sudah berkembang sebagai pemukiman yang makmur. Apalagi setelah kedatangan Raden Megatsari atau Jaka Balud yang kemudian bergelar Ki Ageng Mangir I. Itu terjadi pada 1478, yang artinya, jauh sebelum Kerajaan Mataram berdiri di alas Mentaok.
Seperti diketahui, kekuasaan Panembahan Senapati, putra sang pemanahan yang menjadi raja pertama dinasti Mataram, sezaman dengan Ki Ageng Mangir III. Dirintis Trio Mataram, Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Jurumertani, Ki Ageng Panjawi, di alas Mentaok, Kerajaan Mataram tercatat berdiri pada 1582.
Situs petilasan Ki Ageng Mangir Wonoboyo, kini berkembang menjadi desa wisata Mangir. Jajak masa silam, masih terasa. Selain suasana ayem, sejumlah bangunan tua terlihat lestari. Termasuk sebuah langgar panggung yang usianya, konon, sudah ratusan tahun. Lalu, ada situs watu gilang. Tentu saja bukan watu gilang yang terdapat di Kota Gede, karena watu gilang ini menurut sebuah versi, adalah umpak lemari pusaka milik Ki Ageng Mangir.
Mangir yang legendaris itu, memang tokoh yang tak biasa. Perjalanan sejarahnya panjang, penuh kisah, diwarnai mitologi. Ahli sejarah masih berdebat, mana sesungguhnya cerita Ki Ageng Mangir yang mesti dirujuk. Babad Mangir pun, setidaknya memiliki tiga buku utama: Babad Bedhahing Mangir milik Sonobudoyo, Serat Babad Mangir karya RN Suradipuo, serta Babad Mangir dari Balai Penelitian Bahasa Jogjakarta.
Seperti tokoh-tokoh magis masa silam, kisah Ki Ageng Mangir, akan terus mengalir, lengkap dengan bumbon-bumbone. Serial ini, lebih banyak menulis ulang versi umum, terutama tentang pertentangan Mangir-Senapati. Pada tulisan berikutnya, kami akan menelusuri Mangir dari sisi berbeda, termasuk jejak perjalanan Ratu Pembayun sampai di Batavia kemudian dimakamkan di Kebayunan, Depok, Jawa Barat. Tunggu tanggal mainnya, eksklusif hanya di www.kabarno.com.(kib)