AH, pekan yang melalahkan. Hari ini, hari Minggu yang segar tapi sebentar. Soalnya, dari Kamis kemarin, gue udah digebuki ama materi mid semester yang ampun-ampunan. Benar-benar memeras isi otak. Gue bilang sebentar, karena semesteran ini, sampe hari Selasa. Itu artinya, gue gak bisa menikmati hari Minggu ini, sebenar-benarnya bebas.
Apa ya, kadang-kadang sih, pengin liburan dulu. Seminggu gitu. Habisnya, hari-hari gue udah padat betul. Kayaknya, seminggu itu gak cukup kalau cuma tujuh hari. Bayangin aja, hamper setiap hari, gue sampai rumah, udah mau magrib. Setelah bersih-bersih, istirahat, terus Sholat Magrib, sudah harus membuka buku lagi.
Aduh, ampun deh. Kayaknya enak waktu zaman masih kecil ya. Apa-apa tinggal menangis, keinginan tercapai. Sekolah juga iseng-iseng doang. Tapi sekarang, ya ampun, tugas dari guru numpuk terus-terusan. Kapan coba bisa ngelirik cowok-cowok di mal, kalau udah gini. Untunglah, ayah gue orangnya ngertiin. Ngelihat otak anaknya selalu berasal, gue dikasih refreshing yang menyenangkan; les piano.
Memang sih, belum mahir-mahir amat, tapi untuk sekadar bergaya, memindahkan lagu Miley Cyrus di jari-jari sih, bisa. Nah, kalau lagi capek-capek gini, di hari Minggu yang tetep tidak bisa ke mana-mana, karena besok masih semesteran, yang enak adalah mainin Stay. Tidak kenceng, meski liriknya agak-agak galau gitu.
Tanpa terasa, seperti didorong oleh kekuatan gaib, aku bergeser ke piano hadiah dari ayah. Jari-jariku, begitu saja, bergerak. Lalu, dengan nada yang ringan, dana-nada belesatan, bersama suaraku yang lirih saja.
Well it’s good to hear your voice …
Aduh…duh…duh. Kok jadi mau nangis gini sih. Gue paksa, jari-jari gue stop. Soalnya, Hati gue mulai merintih-rintih. Benar-benar memohon pada seseorang yang tak terjangkau; And if I could have just one wish, I’d have you by my side. Dan andai aku punya satu permintaan, Kan kupinta agar kau di sisiku…(*)
