Masyarakat adat Dusun Kembang, Desa Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, membuat perayaan besar, hari ini, Jum’at, 27 Juli 2018. Namanya upacara adat Wilujengan. Sebuah tinggalan para leluhur yang digelar setiap bulan Jawa Dulqaidah.
Menurut tokoh warga, Sigit Pranoto, Wilujengan adalah tradisi yang berisi kearifan lokal. Diselenggarahan setiap Dulqaidah sehingga sering juga disebut Dulqaidahan. Ini menjadi acara penting bagi masyarakat Dusun Kembang.
“Meniko naminipun upocoro Dulqaidahan, dados sakderengipun jumatan, wargo ing tlatah Jatimulyo, mliginipun Pringtali ngawontenaken gelar sodakoh, ing makam Kyai JARO, ingkeng papanipun mepet kaliyan Masjid Nur Iman,” jelasnya.
Sigit Pranoto menceritakan, cerita simbah-simbah waktu itu, di wilayah ini ada dua orang yang pengelana dari jauh. Kala itu dua orang pengelana tersebut tidak mau menyebutkan asal usulnya secara persis. Kalau ditanya hanya selalu memberi jawaban pendek bahwa mereka dari Mojopahit.
Kebenarannya menurut Sigit, tidak pernah ada yang tahu. Warga Dusun Kembang juga tidak ada yang tahu menahu. Warga hanya meneruskan cerita yang mengatakan makam itu namanya Kiai Jaro yang artinya Ajar Loro (guru dua).
Di pemakaman Kiai Jaro itulah, Upacara Adat Dulqaidahan digelar. Memang sangat sederhana, namun meriah dan yang paling utama untuk nguri-uri budaya peninggalan serta melangsungkan ajaran ajaran dari kedua guru yang konon cerita dari Mojopahit itu. Mengajarkan toto kromo sopan santun dan kehidupan yang saling gotong-royong. (yad)