DEBURAN ombak menggema. Menyentuh bibir pantai yang bisu. Terlihat, senja bergerak, menuju gelap, meninggalkan pesona magis pantai Glagah, Kabupaten Kulon Progo, Jogjakarta.
Benar. Hari-hari ini, pesona magis khas pantai selatan Jawa itu, akan segera menjadi kenangan. Kelak Glagah yang indah, akan menjadi cerita kecil yang hilang setelah tempat itu steril oleh berdirinya Bandara Internasional berdiri.
Tampak beberapa orang sudah berlarian, seperti bermain kejar-kejaran dengan buih . Seorang ibu muda, ikut menghindari jilatan air laut yang tiba-tiba datang menjamah. Ia seperti sedang melakukan terapi berjemur. ” Mumpung belum gelap bisa lihat matahari terbenam,” kata ibu yang mengaku datang dari Kokap, puluhan kilometer di utara pantai.
Begitulah. Sejumlah orang mempercayai, udara laut dapat mengusir lelah. Maka di setiap sore, apalagi di hari Minggu, pantai Glagah kedatangan banyak orang. Ada yang memang ingin terapi, ada pula sekadar menghibur diri.
Itulah salah satu yang membuat Pantai Glagah mempesona. Tidak hanya keindahannya, tapi juga kemanjurannya. Belum lagi legenda serta mitos-mitos yang banyak mengalir dari destinasi wisata yang menjadi andalah Kabupaten Kulon Progo ini. itu masih belum seberapa. Sebab, tidak jarang, datang pula turis mancanegara. Atau para mahasiswa yang melakukan penelitian.
Tapi Glgah Indah, akan segera berakhir. Semua yang menjadi pesona, segera diganti kemegahan Bandara Internasional Jogjakarta. Bisa jadi, oleh karena Bandara itu, Glagah akan ikut megah. (*)